Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Sejarah Islam di Malaysia: Perkembangan Islam Sejak Abad ke-7 Masehi Hingga Kini

Sejarah Islam di Malaysia dimulai pada abad ke-7 Masehi, ketika pedagang Arab Muslim mulai melakukan perdagangan dengan orang Melayu di Semenanjung Malaysia. Pada abad ke-13, Raja Kedah, Maharaja Mudzafar Shah, memeluk agama Islam dan menjadikannya agama resmi kerajaannya. Pada abad ke-15, Kesultanan Melaka menjadi pusat perdagangan dan agama Islam di wilayah ini. Awalnya didirikan oleh seorang raja Hindu bernama Parameswara,  setelah memeluk Islam, kesultanan ini berubah menjadi kesultanan Islam. Kesultanan Melaka terkenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan menarik perhatian pedagang dari seluruh dunia Muslim.

Pada abad ke-19, Inggris datang ke Malaysia dan menguasai hampir seluruh Semenanjung Malaysia. Mereka menerapkan kebijakan pemisahan antara agama dan politik, dan memperbolehkan masyarakat Melayu untuk mempraktikkan agama Islam dengan bebas. Setelah kemerdekaan Malaysia pada tahun 1957, Islam menjadi agama resmi negara. Hal ini berarti pemerintah Malaysia mengakui Islam sebagai agama utama dan memiliki pengaruh besar dalam politik, sosial, dan budaya Malaysia.

Saat ini, Islam adalah agama utama di Malaysia dan dipraktikkan oleh mayoritas penduduk Malaysia, terutama di kalangan orang Melayu. Malaysia memiliki undang-undang syariah dan sistem kehakiman syariah yang mengatur masalah yang berkaitan dengan agama Islam dan keluarga dalam masyarakat Muslim. Selain itu, terdapat juga masjid-masjid terkenal di Malaysia, seperti Masjid Negara dan Masjid Putra di Kuala Lumpur, yang menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi umat Islam di Malaysia.

Raja Hindu, Parameswara

Parameswara adalah seorang raja yang dianggap sebagai pendiri Kesultanan Melaka di Malaysia pada abad ke-15. Beliau juga dikenal dengan nama Iskandar Shah. Menurut catatan sejarah, Parameswara berasal dari kerajaan Singapura dan memerintah wilayah tersebut sebelum melarikan diri ke Malaka pada tahun 1400-an. Beberapa teori menyebutkan bahwa Parameswara melarikan diri karena terjadi konflik dengan raja Singapura atau karena diserang oleh suku Jawa.

Setelah tiba di Malaka, Parameswara menetap dan mendirikan kerajaan yang dikenal sebagai Kesultanan Melaka. Ia kemudian memperkuat wilayahnya dengan membangun benteng-benteng dan memperluas wilayah kekuasaannya ke sekitar Selat Melaka. Selama masa pemerintahannya, Parameswara mengadopsi agama Hindu-Buddha sebagai agama kerajaan. Pada masa pemerintahan putranya, Muhammad Shah, Kesultanan Melaka beralih ke agama Islam. Muhammad Shah dikatakan telah memeluk Islam setelah menikahi seorang putri dari Kesultanan Pasai, sebuah kerajaan Islam di Sumatera, Indonesia.

Parameswara hanya memerintah Melaka selama beberapa tahun, beliau dianggap sebagai pendiri Kesultanan Melaka dan menjadi tokoh penting dalam sejarah Malaysia. Selain itu, Kesultanan Melaka juga dikenal sebagai pusat perdagangan dan peradaban Islam di Asia Tenggara pada masa itu.

Raja Kedah, Maharaja Mudzafar Shah

Raja Kedah, Maharaja Mudzafar Shah adalah raja yang memerintah Kesultanan Kedah dari tahun 1136 hingga 1179 Masehi. Beliau dikenal sebagai raja pertama di Malaysia yang memeluk agama Islam.

Menurut catatan sejarah, Maharaja Mudzafar Shah sebelumnya bernama Phra Ong Mahawangsa, seorang raja Hindu yang memerintah Kerajaan Langkasuka di wilayah Kedah. Pada suatu hari, seorang pedagang Arab Muslim bernama Syeikh Abdullah bin Jaafar datang ke Langkasuka untuk berdagang. Syeikh Abdullah bin Jaafar kemudian mengajarkan agama Islam kepada raja Phra Ong Mahawangsa dan mengubah namanya menjadi Mudzafar Shah setelah memeluk Islam.

Setelah memeluk Islam, Raja Mudzafar Shah mengubah sistem pemerintahan Kerajaan Kedah dan menetapkan Islam sebagai agama resmi Kerajaan Kedah. Beliau juga mendirikan masjid-masjid pertama di Kedah dan memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat setempat.

Selama masa pemerintahannya, Raja Mudzafar Shah terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Beliau menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara dan Timur Tengah dan membangun hubungan perdagangan yang kuat dengan negara-negara tersebut.

Hingga saat ini, Raja Mudzafar Shah dianggap sebagai tokoh penting dalam sejarah Islam di Malaysia. Namanya sering disebut dalam kisah-kisah sejarah dan menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam menjalankan ajaran Islam.

Jejak Sejarah Peninggalan Kesultanan Malaka

Peninggalan kerajaan Islam di Malaysia yang dapat ditemukan hingga saat ini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Masjid-masjid tua: Masjid-masjid tua yang dibangun pada masa Kesultanan Melaka masih dapat ditemukan di beberapa wilayah seperti Melaka, Selangor, dan Kedah. Masjid-masjid tersebut memiliki arsitektur yang khas dan menunjukkan pengaruh gaya arsitektur Melayu, Arab, dan India.
  2. Istana-istana tua: Istana-istana tua yang dibangun pada masa Kesultanan Melayu juga masih dapat ditemukan di beberapa wilayah seperti Johor, Terengganu, dan Kelantan. Istana-istana tersebut menunjukkan pengaruh gaya arsitektur Melayu, Arab, dan Eropa.
  3. Artefak-artefak bersejarah: Artefak-artefak bersejarah seperti keris, senjata, koin, dan manuskrip kuno juga dapat ditemukan di museum-museum di Malaysia. Artefak-artefak tersebut menunjukkan pengaruh kebudayaan Islam pada masa lampau.
  4. Nama tempat: Nama-nama tempat seperti Kampung Islam, Masjid Jamek, dan Taman Tasik Islam juga menunjukkan pengaruh kebudayaan Islam pada masa lampau.
  5. Tradisi-tradisi dan budaya-budaya: Beberapa tradisi dan budaya seperti perayaan Hari Raya Aidilfitri, baju kurung, dan makanan-makanan tradisional seperti rendang dan nasi beriani juga menunjukkan pengaruh kebudayaan Islam pada masyarakat Malaysia.

Kiprah Kesultanan Melaka

Kesultanan Melaka adalah sebuah kerajaan Islam yang berdiri di Malaysia pada abad ke-15. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan dan peradaban Islam di Asia Tenggara pada masa itu. Berikut adalah beberapa kiprah Kesultanan Melaka:

  1. Perdagangan: Kesultanan Melaka merupakan pusat perdagangan penting di Asia Tenggara pada masa itu. Melalui pelabuhan-pelabuhan di Melaka, kerajaan ini melakukan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain di wilayah Asia Tenggara, Cina, India, dan Timur Tengah. Barang-barang dagangan yang diperdagangkan antara lain rempah-rempah, emas, perak, sutra, dan kapas.
  2. Penyebaran Islam: Kesultanan Melaka menjadi pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara pada masa itu. Raja-raja Melaka memeluk Islam pada abad ke-15 dan mempromosikan agama Islam kepada rakyatnya. Mereka juga membangun masjid-masjid sebagai tempat ibadah dan mengundang ulama-ulama dari luar negeri untuk mengajar agama Islam kepada rakyatnya.
  3. Kebudayaan dan seni: Kesultanan Melaka memiliki kebudayaan dan seni yang kaya. Seni ukir kayu, seni tekstil, dan seni keramik adalah contoh-contoh seni yang berkembang pada masa Kesultanan Melaka. Selain itu, adat dan tradisi melayu juga berkembang pada masa itu dan masih bertahan hingga sekarang.
  4. Sistem pemerintahan: Kesultanan Melaka memiliki sistem pemerintahan yang canggih pada masa itu. Raja Melaka dipilih berdasarkan sistem warisan dan ditentukan oleh para pembesar kerajaan. Selain itu, Kesultanan Melaka juga memiliki sistem pengadilan yang adil dan berdasarkan hukum Islam.
  5. Pembangunan fisik: Kesultanan Melaka melakukan pembangunan fisik seperti pembangunan benteng-benteng dan istana-istana untuk memperkuat wilayah kekuasaannya. Selain itu, kerajaan ini juga membangun jaringan irigasi dan sistem pengairan untuk meningkatkan hasil pertanian.

Kekuasaan Kesultanan Malaka

Wilayah Kesultanan Melaka meliputi sebagian besar Semenanjung Malaysia modern dan beberapa bagian dari Sumatera, Indonesia. Pada masa kejayaannya, Kesultanan Melaka memiliki wilayah yang sangat luas dan meliputi daerah-daerah seperti Melaka, Johor, Pahang, Terengganu, Kelantan, Kedah, Perlis, dan sebagian dari Selangor.

Kesultanan Melaka juga memiliki wilayah kekuasaan di beberapa daerah di Sumatera seperti Jambi, Palembang, dan Indragiri. Selain itu, Kesultanan Melaka juga memiliki pengaruh di beberapa daerah di Kalimantan dan Filipina.

Wilayah Kesultanan Melaka sangat penting dalam perdagangan maritim di Asia Tenggara pada masa itu, karena terletak di jalur perdagangan antara Timur dan Barat.

Menaklukkan Wilayah di Asia Tenggara

Kesultanan Melaka pernah menaklukan beberapa wilayah di Asia Tenggara pada masa kejayaannya. Beberapa wilayah yang pernah ditaklukkan oleh Kesultanan Melaka antara lain:

  1. Kerajaan Singapura: Pada tahun 1398, Kesultanan Melaka berhasil menaklukan Kerajaan Singapura yang pada saat itu diperintah oleh Sang Nila Utama. Setelah itu, Kesultanan Melaka menguasai Singapura selama beberapa abad.
  2. Kerajaan Pahang: Kesultanan Melaka juga berhasil menaklukkan Kerajaan Pahang pada abad ke-15. Setelah berhasil menaklukkan Pahang, Kesultanan Melaka berhasil memperluas pengaruhnya ke sebelah timur dan ke utara Semenanjung Malaysia.
  3. Kerajaan Siam: Kesultanan Melaka juga pernah mengirim pasukan untuk menyerang Kerajaan Siam pada tahun 1445. Namun, serangan tersebut akhirnya berhasil dipatahkan oleh pasukan Siam.
  4. Kerajaan Majapahit: Pada tahun 1447, Kesultanan Melaka juga melakukan serangan terhadap Kerajaan Majapahit di Jawa. Namun, serangan tersebut tidak berhasil dan Kesultanan Melaka akhirnya mundur.
  5. Kerajaan Aceh: Kesultanan Melaka juga pernah menaklukkan Kerajaan Aceh pada abad ke-15. Namun, pada abad ke-16, Kesultanan Aceh berhasil membebaskan diri dan menjadi salah satu kekuatan utama di Asia Tenggara.

Serangan Asing pada Kesultanan Melaka

Kesultanan Melaka pernah diserang oleh beberapa kekuatan asing pada masa kejayaannya. Berikut adalah beberapa serangan yang pernah dialami oleh Kesultanan Melaka:

  1. Serangan Siam: Pada tahun 1445, Kesultanan Melaka diserang oleh Kerajaan Siam yang dipimpin oleh Raja Ramesuan. Serangan ini dipicu oleh permintaan Melaka untuk membantu Kerajaan Pahang melawan Kerajaan Siam. Namun, pasukan Melaka berhasil mengusir pasukan Siam dan memenangkan pertempuran.
  2. Serangan Portugis: Pada tahun 1511, Kesultanan Melaka diserang oleh Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Pasukan Portugis menguasai Melaka setelah sekitar 40 hari pertempuran sengit dan mengakhiri kejayaan Kesultanan Melaka. Setelah itu, Portugis membangun benteng-benteng dan memperkuat wilayah kekuasaannya di Melaka.
  3. Serangan Aceh: Pada tahun 1629, Kesultanan Melaka diserang oleh Kesultanan Aceh di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda. Serangan ini dilakukan karena Kesultanan Melaka menolak membayar upeti kepada Kesultanan Aceh. Namun, pasukan Melaka berhasil mengalahkan pasukan Aceh dan mempertahankan wilayah kekuasaannya.

Kesultanan di Malaysia

Sebelum kemerdekaannya pada tahun 1957, Malaysia telah diperintah oleh berbagai kerajaan dan kesultanan. Beberapa kesultanan yang pernah berkuasa di Malaysia antara lain:

  1. Kesultanan Melayu Melaka (1400-an – 1511)
  2. Kesultanan Johor (1528 – sekarang)
  3. Kesultanan Perak (1528 – sekarang)
  4. Kesultanan Kedah (1136 – sekarang)
  5. Kesultanan Brunei (1368 – sekarang)
  6. Kesultanan Pahang (1470 – sekarang)
  7. Kesultanan Selangor (1745 – sekarang)
  8. Kesultanan Terengganu (1725 – sekarang)

Beberapa kesultanan ini masih berfungsi hingga saat ini dan menjadi bagian dari pemerintahan Malaysia modern.

Negara Malaysia

Negara Malaysia terbentuk pada tanggal 16 September 1963 sebagai hasil dari penggabungan Federasi Malaya, Singapura, Sarawak, dan Sabah. Namun, pada tahun 1965, Singapura memisahkan diri dari Federasi Malaya dan menjadi negara berdaulat yang terpisah.

Fungsi kesultanan di atas dalam konteks Malaysia dapat dijelaskan sebagai berikut: Malaysia memiliki negara kesultanan tertua di dunia yaitu Kesultanan Negeri Sembilan. Kesultanan tersebut memegang peran penting sebagai simbol tradisi dan budaya di Malaysia, dengan Sultan sebagai simbol pemersatu dan perwakilan tertinggi bagi suku bangsa yang bernaung di bawahnya. Selain itu, kesultanan di Malaysia juga memiliki fungsi dalam bidang keagamaan dan sosial, termasuk sebagai pemberi gelar kehormatan, pemegang amanah harta benda, dan sebagai pengambil keputusan dalam beberapa masalah adat.

Dalam sistem pemerintahan Malaysia, kekuasaan kesultanan terbatas pada wilayah adat atau tradisional, dan tidak berhubungan langsung dengan urusan politik negara. Kekuasaan politik negara Malaysia dipegang oleh Yang di-Pertuan Agong, yang merupakan kepala negara Malaysia, dan dijabat secara bergiliran oleh Sultan-sultan dari sembilan negara bagian di Malaysia.

Setelah kemerdekaan, Malaysia menjadi sebuah negara yang terdiri dari 13 negara bagian dan 3 wilayah persekutuan. Negara bagian dan wilayah persekutuan ini memiliki pemerintahan sendiri dan juga mempunyai peran dalam pemerintahan nasional.

Fungsi kesultanan di atas setelah kemerdekaan Malaysia mengalami perubahan. Secara konstitusional, kesultanan menjadi institusi yang bersifat simbolis dan seremonial. Meskipun tidak lagi memiliki kekuasaan politik, kesultanan masih memegang peran penting dalam budaya dan tradisi masyarakat Malaysia. Kesultanan juga menjadi tuan rumah bagi banyak acara resmi, seperti kunjungan kepala negara asing dan upacara kenegaraan. Penguasa kesultanan juga dianggap sebagai pelindung agama Islam dan pemegang otoritas tertinggi dalam masalah-masalah agama di negara ini.

Malaysia terdiri dari 13 negara bagian dan 3 wilayah persekutuan

Negara bagian adalah wilayah yang memiliki pemerintah dan otonomi daerah yang luas, sedangkan wilayah persekutuan adalah wilayah yang dikelola langsung oleh pemerintah federal Malaysia. Berikut adalah penjelasan mengenai nama dari masing-masing wilayah persekutuan di Malaysia:

  1. Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur: Merupakan ibu kota negara Malaysia dan terletak di tengah Semenanjung Malaysia.
  2. Wilayah Persekutuan Putrajaya: Merupakan pusat pemerintahan Malaysia yang terletak di dekat Kuala Lumpur. Wilayah ini didirikan pada tahun 1995 untuk menjadi pusat administratif pemerintahan federal Malaysia.
  3. Wilayah Persekutuan Labuan: Merupakan wilayah persekutuan yang terletak di pantai timur Sabah, di wilayah Borneo Malaysia. Wilayah ini terkenal sebagai pusat keuangan internasional dan pelabuhan perdagangan penting di Asia Tenggara.

Berikut adalah nama-nama kota yang terletak di dalam 13 negara bagian dan 3 wilayah persekutuan di Malaysia:

  1. Johor: Johor Bahru, Batu Pahat, Muar, Kluang
  2. Kedah: Alor Setar, Sungai Petani, Kulim
  3. Kelantan: Kota Bharu, Pasir Mas, Tumpat, Bachok
  4. Melaka: Melaka City, Alor Gajah, Jasin
  5. Negeri Sembilan: Seremban, Port Dickson, Nilai
  6. Pahang: Kuantan, Temerloh, Jerantut, Raub
  7. Perak: Ipoh, Taiping, Teluk Intan, Kuala Kangsar
  8. Perlis: Kangar, Arau
  9. Pulau Pinang: George Town, Butterworth, Bukit Mertajam
  10. Sabah: Kota Kinabalu, Sandakan, Tawau, Lahad Datu
  11. Sarawak: Kuching, Miri, Sibu, Bintulu
  12. Selangor: Shah Alam, Petaling Jaya, Subang Jaya, Klang
  13. Terengganu: Kuala Terengganu, Kemaman, Dungun

Wilayah Persekutuan:

  1. Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur: Kuala Lumpur City, Petaling Jaya, Ampang Jaya
  2. Wilayah Persekutuan Putrajaya: Putrajaya City
  3. Wilayah Persekutuan Labuan: Labuan City