Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Perkembangan Infrastruktur dan Pemukiman di Banten Sebelum dan Saat Kesultanan Maulana Yusuf

Perkembangan Infrastruktur dan Pemukiman Banten Sebelum Masa Kesultanan dan Menjelang Masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf

Sejarah panjang telah dimiliki oleh Banten sebelum Dinasti Islam merebut kekuasaannya. Banten telah mendapat pengaruh dari kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha, seperti Tarumanegara, Sriwijaya, dan Pajajaran. Sejak abad ke-5 Masehi, Banten telah masuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Namun, tidak banyak keterangan yang menyebutkan tentang pengembangan dan pemukiman masyarakat Banten pada masa tersebut. Setelah Kerajaan Tarumanegara berakhir pada akhir abad ke-7, pengembangan kota dapat ditelusuri dari penggalian yang dilakukan oleh arkeolog di daerah pedalaman Kota Serang.

  1. Pengaruh Kerajaan Tarumanegara Pada masa Kerajaan Tarumanegara, mata pencaharian penduduk Banten sangat bergantung pada alam sekitarnya. Kegiatan-kegiatan seperti perburuan, pertambangan, perikanan, dan perniagaan menjadi mata pencaharian penduduk, selain pertanian, pelayaran, dan peternakan. Berita mengenai perburuan dapat diperoleh dari berita tentang adanya cula badak dan gading gajah yang diperdagangkan. Kerajaan Tarumanegara juga menurut kronik Cina disebut T-Lo-Mo yang pada abad VI dan VII Masehi mengirim utusannya ke Cina.
  2. Pengaruh Kerajaan Jawa dan Melayu Setelah Kerajaan Tarumanegara berakhir, pengaruh Jawa dan Melayu terlihat di Banten Girang. Kerajaan Banten Girang yang sudah berdiri terkena pengaruh ganda dari kedua kebudayaan besar tersebut. Kitab Negarakertagama menggambarkan wilayah politik Banten Girang sebagai wilayah pengaruh Jawa mulai tahun 1275 Masehi setelah Raja Kertanegara melancarkan ekspedisi militer melawan Melayu-Jambi yang dikenal dengan ekspedisi pamalayu. Pengaruh Melayu pun, baik politik maupun budaya selama berabad-abad terasa di daerah itu dari akhir abad ke-7 sampai abad ke-10, lalu dari awal abad ke-11 sampai paro kedua abad ke-13.
  3. Pemakaian Bahasa di Banten Girang Dua kebudayaan besar, Melayu dan Jawa, mempengaruhi pemakaian bahasa di Banten Girang. Bahasa Melayu diperkirakan digunakan di Banten Girang bersamaan dengan bahasa Jawa. Terlihat dengan nyata dalam sebuah surat pendek yang oleh syahbandar keturunan Cina ditulis dalam bahasa Melayu dengan aksara Jawa.

Setelah masa Kerajaan Banten Girang, pada abad ke-16, Kesultanan Banten mulai berdiri dan menjadi pusat kekuasaan di daerah tersebut. Pada masa ini, infrastruktur dan pemukiman di Banten mengalami perkembangan yang cukup signifikan.

Salah satu contohnya adalah pembangunan Benteng Speelwijk yang dilakukan pada tahun 1596 oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Benteng ini dibangun untuk menghadapi ancaman dari Portugis yang pada saat itu sedang mencoba menguasai pelabuhan Banten.

Selain itu, pada masa Sultan Maulana Yusuf, Banten mengalami pembangunan kota yang cukup besar. Sultan Maulana Yusuf membangun Istana Kaibon yang merupakan istana yang cukup besar dan megah pada masanya. Ia juga membangun Masjid Agung Banten yang merupakan masjid terbesar di daerah tersebut pada saat itu.

Selain infrastruktur, pemukiman di Banten juga mengalami perkembangan pada masa Kesultanan. Pada masa ini, Banten dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat penting di Nusantara. Oleh karena itu, banyak pedagang dari berbagai daerah yang datang ke Banten dan membangun permukiman di sana.

Permukiman pedagang tersebut biasanya terletak di sekitar pelabuhan dan pusat perdagangan. Salah satu contohnya adalah permukiman Tugu, yang merupakan permukiman pedagang asal Gujarat, India. Permukiman ini terletak di sekitar pelabuhan Banten dan menjadi salah satu permukiman pedagang terbesar di daerah tersebut pada masanya.

Alas Dawa, Pos Pengawasan Selatan di Banten Girang

  • Terletak di bagian selatan dari situs Kerajaan Banten Girang yang berjarak sekitar dua kilometer.
  • Dinamakan Alas Dawa karena banyak tumbuh pohon tinggi yang memanjang dan membentuk semacam hutan kecil.
  • Terdapat jalan setapak yang menghubungkan kedua jalan lama (‘jalan sultan’) serta memotong Sungai Cibanten dengan sebuah jembatan.
  • Diduga merupakan pos pengawasan selatan, sebagaimana Kalunjukkan di utara.
  • Terdapat beberapa makam keramat yang agak sepi namun tetap terawat.

Asem Reges/Makam Keramat Agus Jong

  • Nama tempat ini berasal dari pohon asem yang didekatnya terdapat makam.
  • Makam itu diketahui sebagai makam muallaf pertama di Banten Girang, yaitu Jong dan Jo.
  • Jong dan Agus diberi gelar Mas untuk Jong dan Agus buat Jo setelah masuk Islam.
  • Belum ada bukti sejarah yang menggambarkan fungsi dari situs Asem Reges.

 Sistem Pertahanan Kerajaan Banten Girang

  • Dikelilingi oleh benteng dari perpaduan alam dan buatan, seperti tampak pada sistem pertahanan yang mengelilingi Telaya.
  • Perbentengan setengah alami setengah buatan itu merupakan sistem pertahanan yang kuat dan mengesankan.
  • Penaklukan seluruh daerah Banten oleh tentara Islam diceritakan dalam Sajarah Banten (pupuh XVII) sebagai perebutan pusat Kerajaan Banten Girang saja.

Mata Pencaharian Penduduk Banten Girang

  • Pembagian kerja di bidang masing-masing sudah dikenal oleh penduduk.
  • Mata pencaharian meliputi aktivitas perdagangan dan pelayaran yang berpusat di pelabuhan, mengolah logam (pandai besi), membuat tembikar, membuat tekstil, dan manik-manik.
  • Pekerjaan pandai besi menjadi pekerjaan utama di daerah pedalaman Banten Girang dan banyak ditemui pada kerajaan bercorak Hindu di Nusantara.
  • Bukti ini diabadikan pada sebuah relief di Candi Sukuh, dimana relief tersebut menggambarkan kegiatan dua pandai besi sedang menempa sebuah pedang dan yang satu lagi sedang memegang tangkai ububan.
  • Dunia perdagangan di Pelabuhan Banten Girang menjadi salah satu mata pencahariaan yang memberi kemakmuran bagi masyarakat setempat, selain pertukangan logam.
  • Wilayah Banten Girang banyak disinggahi oleh pedagang asing, baik dari Eropa maupun Asia. Pedagang asing yang banyak menjalin hubungan dagang kebanyakan berasal dari Cina.