Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Sejarah Kesultanan Palembang

Kesultanan Palembang adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang terletak di wilayah Sumatera Selatan. Berikut adalah runut waktu sejarah Kesultanan Palembang dari abad ke-7 hingga ke-17 Masehi

Pada abad ke-7 Masehi, muncul Kerajaan Sriwijaya yang menjadi cikal bakal Kesultanan Palembang. Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang sangat kuat dan berperan penting dalam perdagangan antarnegara di Asia Tenggara. Readmore…


Kesultanan Tidore

Kesultanan Tidore adalah sebuah kerajaan yang terletak di Kepulauan Maluku, Indonesia. Kesultanan ini memiliki sejarah panjang dan kaya, yang dimulai pada abad ke-15 dan berakhir pada abad ke-19 Masehi.

Pada abad ke-15, Tidore adalah sebuah kerajaan kecil yang terletak di pesisir pantai Pulau Tidore. Pada saat itu, kerajaan ini diperintah oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan terbatas. Namun, pada awal abad ke-16, Tidore mulai memperluas wilayahnya dan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya. Readmore…


Sejarah Kesultanan Deli

Kesultanan Deli adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di wilayah Sumatera Utara, Indonesia. Kesultanan ini memiliki sejarah yang panjang, dimulai dari masa awal berdirinya pada abad ke-16 hingga runtuhnya pada awal abad ke-20.

Kesultanan Deli berdiri pada tahun 1632 Masehi di wilayah Deli Serdang, Sumatera Utara. Pendiri Kesultanan Deli adalah seorang pemimpin adat bernama Datuk Ketumanggungan. Datuk Ketumanggungan sendiri merupakan keturunan dari raja-raja Melayu di Pagaruyung, Sumatera Barat. Readmore…


Sejarah Kesultanan Pontianak

Kesultanan Pontianak merupakan salah satu kesultanan yang ada di Kalimantan Barat, Indonesia. Kesultanan ini didirikan pada abad ke-18 oleh seorang pemimpin Dayak yang bernama Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Kesultanan Pontianak berdiri di bawah naungan Kesultanan Mempawah, sebelum akhirnya menjadi kerajaan yang mandiri.

Sejarah Kesultanan Pontianak dimulai pada tahun 1771, ketika Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, seorang pemimpin Dayak yang memiliki darah keturunan Melayu, berhasil merebut kekuasaan dari Kesultanan Mempawah yang pada saat itu menguasai wilayah Kalimantan Barat. Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie lalu memilih Pontianak sebagai ibu kota kerajaannya, dan memerintah dari sana selama lebih dari 20 tahun. Readmore…


Hukum Bank Syariah

Bank syariah adalah jenis lembaga keuangan yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank syariah menjalankan operasinya dengan berpegang pada hukum Islam dan tidak terlibat dalam praktik-praktik riba atau bunga. Bank syariah menawarkan berbagai jenis produk dan layanan keuangan, termasuk tabungan, deposito, pembiayaan, dan investasi.

Prinsip-prinsip Bank Syariah dalam Al Quran

Prinsip-prinsip bank syariah didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang tercantum dalam Al Quran. Al Quran memberikan beberapa pedoman untuk kegiatan bisnis yang berbasis Islam, termasuk aktivitas perbankan.

Ayat Al Quran yang mengatur tentang riba

Dalam Al Quran, riba dilarang dengan tegas. Firman Allah SWT dalam Al Quran Surah Al-Baqarah ayat 275 menyatakan:

“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”

Ayat Al Quran yang mengatur tentang akad musyarakah dan mudharabah Readmore…


Pancasila: Sejarah dan Tokoh-Tokoh di Balik Dasar Falsafah Negara Indonesia

Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia yang terdiri dari lima prinsip yang menjadi pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Sejarah tercipatanya Pancasila berkaitan dengan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 1 Juni 1945, Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dibentuk oleh pemerintah Jepang yang pada saat itu menduduki Indonesia. BPUPKI bertugas untuk menyusun dasar negara Indonesia yang akan diterapkan setelah kemerdekaan. BPUPKI kemudian mengadakan sidang pada tanggal 29 Mei 1945, di mana dibahas mengenai dasar negara Indonesia. Readmore…


Kewajiban Orang Tua, Memberi Nama Anak yang Memiliki Arti Baik

Nama memiliki pengaruh penting dalam membangun kepribadian, cara hidup, bahkan lingkungan. Ketika Nabi –shalallahu alaihi wasallam– tiba di Kota Madinah, kota Madinah masih bernama Yatsrib. Beliau menggantinya dengan nama Thoibah atau Madinah. Keduanya menunjukkan makna nama yang baik. Nama yang baik itu sendiri pada dasarnya menjadi sumber pengharapan yang baik. Karena itu, sudah seharusnya kedua orang tua memilih nama yang baik, hingga menjadi penginspirasi kebaikan bagi anak.

Sisi positif nama baik

Abdurrahman Ibn Auf berkata: “Dahulu namaku Abdu Amr (artinya budak Amr). Ketika memeluk Islam Rasulullah –shalallahu alaihi wasallam– menamaiku Abdurrahman (artinya hamba Allah Yang Maha Pengasih)

Diriwayatkan bahwa Abdurrahman menjual tanahnya. Hasilnya dibagikan kepada orang fakir dari bani Zahroh, Muhajirin dan Ummul Mukminin (istri-istri Nabi). Al-Musawar berkata: ‘Aku mendatangi Aisyah untuk menyerahkan pemberian itu.’ Aisyah -radiallahu’anha- bertanya: ‘Siapa yang mengirimkan ini?’ ‘Abdurrahman Ibn Auf.’ Jawabku. Aisyah -radiallahu’anha- berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

((لا يحنو عليكنَّ بعدي إلا الصابرون))

‘Tidaklah berempati kepada kalian setelahku selain Sôbirun (para penyabar).’”Nama Abdurrahman diserap dari kata [ar-rahman] yang diambil dari sifat kasih. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- mendapati pada diri lelaki ini sifat kasih dan sayang sehingga beliau menamainya Abdurrahman.

Sisi yang sejalan dengan nama yang tidak baik

Diriwayatkan oleh Ibnu al-Musayyib dari ayahnya, bahwa ayahnya datang kepada Nabi -shalallahu alaihi wasallam-.

Nabi menanyakan namanya: “Siapa namamu?” “Huzn (=sedih).”

Jawabnya. “Engkau Sahl (=mudah).”

Timpal Nabi. “Aku tak dapat merubah nama yang telah diberikan oleh ayahku.” Tolaknya.

Ibnu al-Musayyib berkata: ‘Kesedihan itu senantiasa merundung kami setelahnya.”

Ad-Dawudi berkata: “Maksud Sa’id Ibn Musayyib adalah kesedihan akan sulitnya merubah tabiat akhlak mereka.

Dalam hal ini Sa’id membawakannya kepada hal yang memicu kemurkaan Allah.” Yang lain berkata: “Ibn Musayyib mengisyaratkan akan kejumudan yang masih tersisa pada akhlak mereka.”

Demikianlah. Ketika kita ingin anak keturunan kita baik, hendaknya kita melakukan tahap kedua, yaitu memilih nama-nama yang baik, karena ia mempengaruhi kepribadian anak seperti yang kita dapati pada contoh di atas.

Sumber Kewajiban Orang Tua, Memberi Nama Anak yang Memiliki Arti Baik. islamhouse.com: Potongan artikel 30 Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama. Salim Sholih Ahmad Ibn Madhi. Terjemah: Syafar Abu Difa. Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad


Cara Mendidik dan Memperbaiki Akhlak Anak

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,

Anak adl amanah, anugerah, & cobaan. Dia adl titipan Illahi utk (sibghah) menjadi generasi Rabbani. Karena anak pd hakikatnya adl ibarat kertas putih, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Nasrani, Yahudi atau Majusi.” (HR Bukhari). Readmore…


Tiga Jenis Manasik Haji

Mengutip Ibnu Qudamah di dalam kitabnya al-Mughni (V/82), “Para ulama bersepakat tentang diperbolehkannya berihram dgn memilih salah satu dari ketiga jenis manasik haji yg dikehendakinya, sedangkan perselesihan pendapat hanya dalam konteks mana yg lbh utama (al-afdhal).”

Dan jenis menasik yg paling utama (afdhal) bagi orang yg belum membawa hewan kurban (dam, pent.) adl at-tamattu’, yaitu berihram dgn niat umrah pd bulan-bulan haji, kemudian bertahallul darinya, selanjutnya kembali berihram dgn niat haji di hari kedelapan (tarwiyah). Readmore…


Hal-hal Penting dalam Menjalankan Puasa Ramadhan

Syaikh Abdullah bin Jarillah menyebutkan beberapa hal yg seyogyanya diperhatikan oleh orang yg berpuasa.

  1. Mengenal hukum-hukum puasa. Banyak kaum Muslimin yg memasuki bulan puasa ini tanpa bekal ilmu tentang puasa sama sekali. Celakanya, mereka juga tdk begitu merasa perlu utk belajar. Padahal Allah ta berfirman: “Bertanyalah kpd para ulama, kalau kamu sekalian tidak  mengetahui.” (An-Nahl: 43)
  2. Menyambut puasa dgn hura-hura, bukan dgn byk berdzikir, beristigfar & mensyukuri nikmat Allah. Klimaksnya, bulan yg penuh berkah ini tidaklah menggiring mereka utk semakin bertakwa; tapi sebaliknya, semakin terbuai  seribu satu kemaksiatan. Readmore…