Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Benarkah Wanita Haid Boleh Tetap Puasa?

Assalamu’alaikum warahmatulllahi wabarakatuh.

Ustadz, ada yg mengatakan bahwa wanita haid tetap melaksanakan puasa pd bulan Ramadhan dgn alasan hadist dari ‘Aisyah: nahnu nukmaru bi qadhais shaum wala nukmaru biqadhais shalah. Kata qadha diartikan dgn “melaksanakan” berdasarkan pengartian kalimat qadha pd firman Allah dalam surah al-jum’ah: fa idza qudhiyatis shalah fantasyiru fil ard. Lalu apakah pengertian itu benar adanya?

Jawaban

Assalamu’alaikum warahmatulllahi wabarakatuh,

Haram wanita yg sedang haidh berpuasa telah menjadi ijma’ para ulama sejak 14 abad yg lalu. Padahal ijma’ itu sedikit sekali jumlahnya. Sehingga kalau para ulama sampai pd titik ijma’, berarti nilai kebenarannya sudah nyaris mutlak.

Ijma’ ulama sampai kpd hukum dosa bagi wanita yg secara sengaja melakukan puasa dgn niat ibadah pd hari-hari haidhnya. Artinya, berpuasa saat haidh bagi wanita bukan hanya terlarang, bahkan sampai melahirkan dosa.

Sehingga penafsiran seperti yg anda sebutkan itu dgn sendirinya telah batal. Sebab yg dimaksud dgn “qadhais shaum” di dalam hadits itu bukanlah mengerjakan puasa saat haid, melainkan mengqadha’ (membayar hutang) puasa di hari lain, sementara di hari itu haram utk dilakukan.

Dan keharaman puasa wanita yg haidh itu bukan hanya dilandaskan pd ijma’ semata, melainkan juga berlandasan kpd hadits Rasulllah SAW, selain dari hadits yg anda sampaikan itu.

Bahkan hadits ini lbh tegas mengharamkan wanita yg haidh utk shalat & juga puasa. Tidak bisa dimain-mainkan makna & pengertiannya sebagaimnana hadits sebelumnya.

Hadits ini juga menujukkan bahwa para wanita shahabiyah di masa Rasulllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mengerti & tahu pasti bahwa wanita yg sedang haidh itu diharamkan shalat & berpuasa. Semua tercermin dalam dialog mereka dgn Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini.

عَنْ أَبيِ سَعِيد الخُضْرِي  أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لِلنِّسَاءِ: أَلَيْسَ شَهَادَةُ المَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُل ؟ قُلْنَ بَلَى. قَالَ فَذَلِكُنَّ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا. أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ؟ قُلْنَ: بَلَى. قَالَ فَذَلِكُنَّ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا – رواه البخاري

Dari Abi Said Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kpd para wanita,..”. Bukankah para wanita bila mendapat haidh tdk boleh shalat & puasa?” Para wanita itu menjawab,”Benar.” “Itulah yg dimaksud dgn kurangnya (pelaksanaan) agama mereka(Hadis Riwayat: Bukhari)

Dan haramnya wanita berpuasa saat mendapat haidh juga dikuatkan lagi dalam hadits riwayat imam Muslim.

عَنْ بْنِ عُمَرَ  تمَكْثُ اللَّيَاليِ مَا تُصَليِّ وَتُفْطِر فيِ شَهْرِ رَمَضَان ، فَهَذَا نُقْصَانُ دِيْنِهَا – رواه مسلم

Dari Ibnu Umar ra: Para wanita melewati malam-malam tanpa boleh shalat & mereka harus berbuka pd bulan Ramadhan. Itulah maksud kurangnya (pelaksanaan) agama mereka. (Hadis Riwayat: Muslim)

Maka bila seorang wanita mendapat haidh, dia diharamkan utk tetap berpuasa, dgn landasan dari hadts-hadits yg shahih & juga dari ijma; para ulama. Tidak ada yg menyelengkan pengertian ini kecuali dia harus datang dgn dalil yg bisa lbh kuat.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penulis: Ahmad Sarwat, Lc