Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Menangakui Keutamaan Para Sahabat Muhajirin dan Anshar (Prinsip keenam)

Bersihnya hati & mulut mereka terhadap para sahabat Rasul, sebagaimana hal ini telah digambarkan oleh Allah  ketika mengkisahkan sahabat Muhajirin & Anshar & pujian-pujian terhadap mereka:

Dan orang-orang yg datang sesudah mereka mengatakan: “ya Allah, ampunilah kami & saudara-saudara kami yg telah mendahului kami dalam iman & janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kebencian kpd orang-orang yg beriman; ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Al Qur’an Surat: Al Hasyr: 10).

Dan sesuai dgn sabda Rasulullah  :

(( لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنْفَقَ أَحَدُكُمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ ))

Janganlah kamu sekali-kali mencela sahabat-sahabatku, maka demi dzat yg jiwaku di tangan-Nya, kalau seandainya salah seorang di antara kalian menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tdk akan mencapai segenggam kebaikan salah seorang di antara mereka tdk juga setengahnya.” (Hadis Riwayat: Bukharidan Muslim).

Berbeda dgn sikap orang-orang ahlul bid’ah baik dari kalangan Rafidhah maupun Khawarij yg mencela & meremehkan keutamaan para sahabat.

Ahlus Sunnah memandang bahwa para khalifah setelah Rasulullah  adl Abu Bakar, kemudian Umar bin Khatab, ‘Utsman bin Affan, & Ali bin Abi Thalib radiallahu anhum. Barangsiapa yg mencela salah satu di antara mereka, maka dia lbh sesat dari pd keledai karena bertentangan dgn nash & ijma’ atas kekhalifahan mereka dalan urutan seperti ini.

Shaleh Al Fauzan, صالح بن فوزان الفوزان, Penerjemah: Rahmat al-‘Arifin Muhammad bin Ma’ruf