Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Puasa Syawwal atau Bayar Qadha’ Dulu?

Assalamualaikum wr. wb,

Afwan Ustadz, saya ingin bertanya tentang puasa Syawal, apakah pelaksanaannya harus setelah kita melaksanakan semua jumlah puasa qadha’ Ramadhan? Bolehkah melaksanakan puasa Syawal yg hukumnya sunnah, lalu membayar yg wajib setelahnya? Syukran.

Wassalam,

Jawaban

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jawaban atas semua pertanyaan anda itu pd hakikatnya adl benar semua. Anda diperbolehkan utk melakukan dgn cara yg mana pun.

Anda boleh melakukan puasa sunnah bulan Syawwal dahulu, baru kemudian melakukan puasa qadha’ pengganti dari puasa yg anda tinggalkan karena uzdur di bulan Ramadhan kemarin.

Dan anda juga boleh berpuasa qadha’ terlebih dahulu, baru kemudian melakukan puasa sunnah di bulan Syawwal. Tentu saja asalkan bulan Syawwal masih ada.

Bahkan anda boleh berpuasa qadha’ & sekaligus meniatkannya utk berpuasa di bulan Syawwal. Seolah keduanya dilakukan di waktu yg bersamaan. Atau 2 niat utk satu puasa yg sama.

Para ulama membolehkan semuanya, sesuai dgn logika & ijtihad mereka masing-masing. Dan tentu satu sama lain tdk saling mengejek atau saling menyalahkan. Meski tetap berhak atas pilihannya masing-masing, selama mereka merasa pendapat mereka yg paling kuat.

Mereka yg memandang lbh baik puasa sunnah Syawwal terlebih dahulu baru kemudian puasa qadha’, tdk bisa disalahkan. Sebab logika mereka memang masuk akal. Puasa sunnah bulan Syawwal itu waktu terbatas, yaitu hanya selama sebulan saja. Sedangkan waktu yg disediakan utk mengqadha’ puasa Ramadhan terbentang luas sampai datangnya Ramadhan tahun depan.

Dengan adanya bentang waktu yg berbeda ini, tdk ada salahnya mendahulukan yg sunnah dari yg wajib, karena pertimbangan waktu & kesempatannya.

Sebaliknya, mereka yg mendahulukan puasa Qadha’ terlebih dahulu kemudian baru puasa Sunnah bulan Syawwal, punya logika yg berbeda. Bagi mereka, lbh afdhal bila mengerjakan terlebih dahulu puasa yg hukumnya wajib, setelah ‘hutang’ itu terpenuhi, barulah wajar bila mengejar yg hukumnya sunnah.

Rasanya, logika seperti ini juga masuk akal. Hanya sedikit masalahnya adl bila jumlah puasa Qadha’ yg harus dibayarkan cukup byk , maka waktu utk puasa sunnah Syawwal menjadi lbh sedikit, atau malah sama sekali tdk cukup. Misalnya pd kasus wanita yg nifas di bulan Ramadhan, boleh jdi sebulan penuh Ramadhan memang tdk puasa. Maka kesempatan puasa sunnah Syawwal menjadi hilang dgn sendirinya.

Ada juga pendapat yg lain lagi. Mereka berangkat dari pemahaman bahwa yg dimaksud dgn puasa 6 hari bulan Syawwal itu lbh kpd waktunya saja, bukan sebuah ibadah khusus yg spesifik.

Maksudnya, diupayakan bahwa dalam 6 hari bulan Syawwal itu seseorang melakukan puasa, apapun motif & niatnya. Kalau punya hutang puasa, maka minimal selama 6 hari di bulan Syawwal itu dia menebusnya dgn puasa Qadha’. Tapi kalau tdk punya ‘hutang’ puasa, maka niatnya adl puasa sunnah biasa. Yang penting, di bulan Syawwal itu ada 6 hari yg dilaluinya dgn berpuasa.

Pendapat ini rasanya lbh ringan, karena seseorang bisa dpt 2 kebajibakn sekaligus. Pertama, kebajikan dari membayar hutang puasa. Kedua, kebajikan dari mengisi 6 hari bulan Syawwal dgn puasa. Sehingga meski niatnya puasa Qadha‘, tapi fadhilah puasa 6 hari bulan Syawwal pun tetap didapatnya. Toh, dalilnya tdk mengharuskan bahwa niatnya hanya puasa sunnah, yg penting selama 6 hari itu dilalui dgn berpuasa.

Mana pun pendapat yg anda pilih, semuanya punya dalil & argumen yg bisa diterima. Dan tentu kita tdk perlu menjelekkan sesama saudara muslim, hanya lantaran kita berbeda sudut pandang yg bersifat ijtihadi. Kalau ijtihad kita benar, kita akan dpt 2 pahala. Tapi kalau ternyata salah, maka kita tdk dosa bahkan masih tetap dpt 1 pahala.

Ketiga bentuk puasa di atas, tdk satu pun yg melanggar batas halal haram atau wilayah aqidah. Bahkan ketiganya hanyalah hasil nalar & ijtihad manusiawi belaka atas dalil-dalil yg shahih & sharih. Meski bentuknya saling berbeda, tapi insya Allah tdk sampai membuat kemungkaran.

Yang mungkar adl yg tdk membayar puasa Qadha’-nya hingga masuk Ramadhan tahun depan. Ada pun puasa 6 hari di bulan Syawwal, hukumnya sunnah. Boleh ditinggalkan tapi berpahala bila dikerjakan.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penulis: Ahmad Sarwat, Lc