Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Asma`ul Husna dan Sifat Allah

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yg telah menciptakan jin & manusia utk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, Dia mengutus para rasul kpd umat manusia. Dia Subhanahu wa ta’ala menerangkan rincian ibadah, tujuan penciptaan mereka di dalam Kitab-Nya yg mulia & di dalam Sunnah Rasul-Nya yg terpercaya. Dia Subhanahu wa ta’ala memerintahkan hamba-Nya utk melaksanakan seluruh apa yg diwajibkan & meninggalkan semua yg dilarang, secara ikhlas kepada-Nya. Shalawat & salam semoga tetap terlimpahkan kpd Nabi Muhammad , beserta keluarga, para sahabat, & pengikutnya yg baik hingga hari kiamat.

Amma ba’du,

Asma` & sifat adl termasuk bagian dalam tauhid, (selain Tauhid Rububiyah & Tauhid Uluhiyyah), yg maknanya adl beriman kpd nama-nama Allah Subhanahu wa ta’ala & sifat-sifat-Nya sebagaimana diterangkan dalam al-Qur`an & Sunnah Rasul-Nya menurut apa yg pantas bagi Allah Subhanahu wa ta’ala tanpa tahrif (mengubah lafazh & membelokkan makna sebenarnya), ta’thil (pengingkaran seluruh atau sebagian sifat & Dzat Allah Subhanahu wa ta’ala ), takyiif (menanyakan bagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala ), tamtsil (menyerupakan Allah Subhanahu wa ta’ala dgn makhluk-Nya). Dalam hal ini Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءُُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ {11}

Tidak ada sesuatupun yg serupa dgn Dia, & Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al Qur’an Surat: Asy-Syura:11)

Hal ini menunjukkan apabila kita mengenal Asma`ul Husna dgn bersungguh-sungguh, menghafal, kemudian memahami maknanya serta beribadah kpd Allah Subhanahu wa ta’ala maka akan menjadi penguat iman yg paling besar, bahkan mengenal Asma` & sifat-Nya merupakan dasar iman, di mana iman seseorang itu kembali kpd dasar yg agung ini.

Berdasarkan hal tersebut, dalam kesempatan ini kami menulis beberapa kaidah penting tentang asma & sifat Allah Subhanahu wa ta’ala yg dikutip dari kitab ‘al-Qawa’idul Mutsla fil asma`i wash shifat karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin & dari kitab Syarh asma`ilhusna fii dhauil kitaab wass sunnah, karya Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, serta dari kitab Faidah Jalillah fi Qawa’idil Asma`il Husna, karya Ibnul Qayyim. Dengan harapan semoga kutipan singkat ini bermanfaat bagi kita semua -kaum muslimin- yg mengharapkan ridha Allah Subhanahu wa ta’ala .

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَللهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dgn menyebut asma-ul husna itu. (Al Qur’an Surat: Al-A’raaf:180)

Doa yg disebutkan dalam ayat di atas mengandung doa masalah & doa ibadah. Doa masalah adl memohon kpd Allah Subhanahu wa ta’ala diawali dgn menyebutkan nama yg sesuai dgn satu atau beberapa nama dari nama-nama-Nya. Seperti mengatakan:

يَا غَفُوْرُ اغْفِرْلِي, يَارَحِيْمُ ارْحَمْنِي, يَاحَفِيْظُ احْفَظْنِي

“Ya Allah Yang Maha Pengampun, ampunilah aku. Ya Allah Yang Maha Pengasih, kasihilah aku. Ya Allah Yang Maha Pelindung, lindungilah aku.”

Sedangkan doa ibadah adl melaksanakan ibadah kpd Allah Subhanahu wa ta’ala berdasarkan Asma`ul Husna ini. seperti kita bertaubat kpd Allah Subhanahu wa ta’ala karena Dia Maha Penerima Taubat, berdzikir dengan-Nya karena Dia Maha Mendengar, beribadah dgn raga karena Dia Maha Melihat, dgn seterusnya.

Mengingat pentingnya masalah asma` & sifat ini, byk umat Islam yg membicarakannya. Ada yg sesuai dgn al-Qur`an & Sunnah & hanya inilah golongan yg benar & diridhai Allah Subhanahu wa ta’ala , ada yg menyimpang dari jalan yg lurus dgn menolak semua asma & sifat Allah Subhanahu wa ta’ala , ada yg menerima sebagian sifat Allah Subhanahu wa ta’ala & menolak sebagian yg lain, ada pula yg memalingkannya dari makna yg sebenarnya. Di antara kaum yg menyimpang itu, ada yg karena salah dalam memahami dalil, ada yg karena bodoh, & ada pula yg hanya karena berdasarkan ta’ashshub buta. Dan agar kita tdk terjerumus ke jalan yg menyimpang, berikut ini beberapa kaidah penting yg berkenaan dgn asma` & sifat Allah Subhanahu wa ta’ala :

Seluruh Asma Allah Subhanahu wa ta’ala adl husna, artinya Maha Indah

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala :

وَللهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dgn menyebut asma-ul husna itu. (Al Qur’an Surat: Al-A’raaf :180)

Asma Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Indah & sempurna karena tdk terkandung di dalamnya kekurangan sedikitpun, baik secara eksplisit maupun implisit. Contohnya: العليم (Yang Maha Tahu) salah satu asma` Allah Subhanahu wa ta’ala yg mengandung sifat ‘ilmu’ (pengetahuan) yg sempurna, tdk didahului oleh sifat kebodohan & tdk pula dihinggapi sifat lupa.

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala :

قَالَ عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي فِي كِتَابٍ لاَّيَضِلُّ رَبِّي وَلاَيَنسَى

Musa menjawab:”Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab, Rabb kami tdk akan salah & tdk (pula) lupa; (Al Qur’an Surat: Thaha :52)

Ilmu pengetahuan Allah Subhanahu wa ta’ala maha luas, meliputi segala sesuatu, baik secara umum maupun rinci, berkenaan dgn perbuatan Allah Subhanahu wa ta’ala sendiri maupun makhluk-Nya. firman Allah Subhanahu wa ta’ala :

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ

Dan pd sisi Allah-lah kunci-kunci semua yg ghaib; tdk ada yg mengetahuinya kecuali Dia sendiri, & Dia mengetahui apa yg ada di daratan & di lautan, & tiada sehelai daunpun yg gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), & tdk jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi & tdk sesuatu yg basah atau yg kering, melainkan tertulis dalam kitab yg nyata (Lauh Mahfuzh). (QS.al-An’aam:59)

Dan firman Allah Subhanahu wa ta’ala :

وَمَامِن دَآبَّةٍ فِي اْلأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ {6}

Dan tdk ada sesuatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yg memberi rezkinya, & Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu & tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yg nyata (Lauh Mahfuzh). (Al Qur’an Surat: Huud:6)

Kedua ayat di atas memberikan penjelasan secara nyata bahwa tdk ada sesuatupun di alam semesta ini yg terlepas dari ilmu Allah Subhanahu wa ta’ala yg Maha Luas & tanpa batas. Itulah kesempurnaan & keindahan ilmu Allah Subhanahu wa ta’ala . Demikian pula sifat-sifat Allah Subhanahu wa ta’ala yg lainnya, semuanya indah & sempurna.

Asma` Allah Subhanahu wa ta’ala adl nama & sifat

Nama dipandang dari indikasinya (dalalah) kpd dzat & sifat dipandang dari indikasinya kpd makna. Dari pengertian pertama, maka seluruh asma` adl mutaradif (sinonim), karena indikasinya hanya kpd satu dzat, yaitu Allah Subhanahu wa ta’ala . Sedangkan dari pengertian kedua, maka semua asma Allah Subhanahu wa ta’ala adl mutabayinah (diferensial), karena setiap asma` mempunyai indikasi (dalalah) makna yg tersendiri. Contohnya:

الحي العليم القدير السميع البصير الرحمن الرحيم

Semuanya adl asma utk satu Dzat, yaitu Allah Subhanahu wa ta’ala . Akan tetapi makna الحيي tdk sama dgn makna العليم & العليم tdk sama dgn makna القدير demikianlah set

rusnya.

Asma Allah Subhanahu wa ta’ala disebut nama & sifat berdasarkan petunjuk dari al-Qur`an, seperti firman Allah Subhanahu wa ta’ala :

وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Qur’an Surat: Yunus: 107)

dan firman Allah Subhanahu wa ta’ala :

وَرَبُّكَ الْغَفُورُ ذُو الرَّحْمَةِ

Dan RabbmulahYang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat.. (Al Qur’an Surat: Al-Kahf :58)

Ayat yg kedua dgn jelas menunjukkan bahwa ar-Rahim yaitu yg mempunyai sifat rahmah.

Selain itu, berdasarkan konsensus para ahli bahasa & adat kebiasaan, bahwa tdk dikatakan ‘alim kpd orang yg tdk mempunyai ilmu, tdk dikatakan sami’ kpd orang yg tdk mempunyai pendengaran, tdk dikatakan bashir kpd orang yg tdk mempunyai penglihatan, & demikian pula seterusnya.

Asma Allah Subhanahu wa ta’ala , jika menunjukkan pengertian transitif (muta’adii), maka mengandung 3 hal

  1. Pertama: ketetapan asma tersebut utk Allah Subhanahu wa ta’ala .
  2. Kedua: ketetapan sifat yg dikandung oleh Asma ini utk Allah Subhanahu wa ta’ala .
  3. Ketiga: Ketetapan hukumnya & tuntutannya (objek) dari sifat tersebut.Contoh nama السميع (Maha Mendengar), mengandung ketetapan nama ini utk Allah Subhanahu wa ta’ala , ketetapan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala mempunyai sifat ‘sama’ (mendengar), & ketetapan hukum & tuntutannya (objek), yaitu segala bisikan & kata-kata rahasia serta segala bunyi yg selalu didengar oleh Allah Subhanahu wa ta’ala , sebagaimana firman-Nya:

    وَاللهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَآ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

    Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al Qur’an Surat: Al-Mujadilah:1)

Akan tetapi jika nama Allah Subhanahu wa ta’ala menunjukkan makna intransitif (lazim), maka hanya mengandung 2 hal:

  1. Pertama: ketetapan nama tersebut utk Allah Subhanahu wa ta’ala .
  2. Kedua: ketetapan sifat yg dikandung oleh makna ini utk Allah Subhanahu wa ta’ala : contoh: nama ‘ الحي ‘ (Yang Maha Hidup) mengandung ketetapan bahwa nama ini utk Allah Subhanahu wa ta’ala & ketetapan adanya sifat ‘hayah’ (hidup) bagi-Nya.

Asma` Allah Subhanahu wa ta’ala adl tauqifiyyah, yaitu berdasarkan pd wahyu, akan tdk mempunyai peran di dalamnya

Oleh karena itu, dalam masalah asma` ini harus berlandaskan al-Qur`an & Sunnah yg shahih, tdk boleh ditambah ataupun dikurangi, karena akal saja tdk mungkin dpt mengetahui asma yg dimiliki oleh Allah Subhanahu wa ta’ala . Untuk itu wajib berpijak kpd nash. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala :

وَلاَتَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً

Dan janganlah kamu mengikuti apa yg kamu tdk mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (Al Qur’an Surat: Al-Isra` :36)

Selain itu, memberikan nama kpd Allah Subhanahu wa ta’ala dgn asma` yg tdk ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala bagi diri-Nya sendiri, atau mengingkari asma`-Nya adl pelanggaran terhadap hak Allah Subhanahu wa ta’ala . Maka, wajiblah berlaku sopan dalam masalah ini & cukup dgn mengikuti apa yg datang dari nash.

Asma` Allah Subhanahu wa ta’ala tdk terbatas pd bilangan tertentu

berdasarkan sabda Rasulullah :

مَا أَصَابَ مُسْلِمًا قَطُّ هَمٌّ وَلاَ حَزَنٌ فَقَالَ اللّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَاْبنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي فِى يَدِكَ مَاٍض فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاءُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِى كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِي وَجلاَءَ حُزْنِي وَذهَابَ هَمِّي إِلاَّ أَذْهَبَ اللهُ هَمَّهُ وَأَبْدَلَهُ مَكَانَ حُزْنِهِ فَرَحًا

‘Tidak ada duka cita & kesedihan yg menimpa seorang muslim, lalu ia membaca: ‘Ya Allah Subhanahu wa ta’ala sesungguhnya aku adl hamba-Mu & putra dari jariyah-Mu, ubun-ubunku berada di tangan-Mu, berlaku padaku hukum-Mu, sangat adil padaku keputusan-Mu, aku memohon kepada-Mu dgn seluruh asma-Mu, yg telah Engkau namakan utk diri-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau engkau ajarkan kpd seseorang di antara makhluk-Mu, atau masih dalam rahasia gaib pada-Mu, yg hanya Engkau sendiri yg mengetahuinya, agar Engkau jadikan al-Qur`an sbg penyejuk hatiku, pembersih sakit hatiku, & penghapus kesedihanku,’ melainkan Allah Subhanahu wa ta’ala menghilangkan kesedihan hatinya & menggantikan tempat duka citanya menjadi kebahagiaan.’

Dia Subhanahu wa ta’ala menjadikan asma-Nya menjadi 3 bagian:

  1. Nama yg Dia berikan utk dirinya & Dia beritahukan kpd para malaikat-Nya atau yg lainnya, namun nama-nama-Nya tdk disebutkan dalam kitab-Nya.
  2. Dia menurunkan nama itu dalam kitab-Nya & memberitahukan kpd hamba-hamba-Nya.
  3. Yang menjadi rahasia gaib padanya & hanya Dia sendiri yg mengetahuinya, tdk ada seorangpun di antara makhluk yg mengetahuinya. Oleh karena itu Nabi  bersabda: “Ista`tsarta bihi” artinya hanya Engkau yg mengetahuinya. Dan berdasarkan ini Nabi  bersabda dalam hadits syafaat:فَيُفْتَحُ عَلَيَّ مِنْ مَحَامِدِهِ بِمَا لاَ أُحْسِنُهُ اْلآنَ

    “Maka dibuka kepadaku (untuk mengungkapkan) segala pujian kepada-Nya dgn pujian yg tdk bisa saya ungkapkan dgn baik di sini (di dunia).”2

    Dan dalam hadits yg lain:

    لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

    “Aku tdk bisa menghinggakan pujian kepada-Mu seperti Engkau memuji terhadap diri-Mu.”3

    Adapun hadits yg berbunyi:

    إِنَّ ِللهِ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ اسْمًا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدَةً مَنْ أَحْصَاهَا َدخَلَ الْجَنَّةَ

    Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala memiliki 99 nama, barangsiapa yg dpt menghitungnya niscaya ia masuk ke dalam surga.”

Yang dimaksud dgn menghitung asma Allah Subhanahu wa ta’ala ialah menghapalnya, memahaminya maknanya, & menghamba kpd Allah Subhanahu wa ta’ala berdasarkan asma-Nya. hadits ini tdk menunjukkan bahwa asma` Allah Subhanahu wa ta’ala hanya 99 saja. Adapun makna hadits yg berbunyi “barangsiapa yg dpt menghitungnya niscaya ia masuk ke dalam surga” merupakan kalimat pelengkap, bukan kalimat terpisah & berdiri sendiri. Sebagai contoh: bila seseorang berkata: ‘Saya mempunyai uang Rp. 100.000.000 yg saya siapkan utk sedekah’, berarti bisa saja ia mempunyai uang selain RP. 100.000.000 yg disiapkan utk berbagai macam keperluan lainnya. Adapun yg berkenaan dgn penyusunan & penentuan jumlah asma` Allah Subhanahu wa ta’ala , maka hadits tersebut adl dha`if (lemah) jdi tdk bisa menjadi hujjah.

Ilhad (mengingkari) asma` Allah Subhanahu wa ta’ala ialah tindakan menyelewengkan asma` dari kebenaran yg wajib dilaksanakan terhadapnya

Macam-macam ilhad:

  1. Mengingkari sesuatu dari asma` Allah Subhanahu wa ta’ala , sifat & hukum yg terkandung di dalamnya. Seperti tindakan kaum Jahmiyah & golongan lain dari ahli ta’thil. Menurut mereka, sesungguhnya asma` adl lafazh yg kosong, tdk mengandung sifat & makna. Mereka memberikan nama kepada-Nya as-Sami`, al-Bashir, al-Hayy, ar-Rahim, al-Mutakallim, & al-Murid. Namun mereka mengatakan: Tiada kehidupan bagi-Nya, tiada pendengaran, tiada penglihatan, tiada perkataan, tiada kehendak yg berdiri dengan-Nya. Ini adl ilhad paling besar pd asma`, baik secara akal, syara`, bahasa, & fithrah.
  2. Menjadikan asma` Allah Subhanahu wa ta’ala mempunyai indikasi (dalalah) yg serupa dgn sifat makhluk. Seperti tindakan ahlu tasybih (antropomorphism). Golongan ini adl kebalikan dari golongan pertama yg mengingkari sifat Allah Subhanahu wa ta’ala & menolak sifat kesempurnaan-Nya.
  3. Menamai Allah Subhanahu wa ta’ala dgn nama yg tdk disebutkan-Nya utk diri-Nya & tdk disebutkan oleh Rasul-Nya dalam hadits yg shahih. Seperti tindakan kaum Nasrani yg menamai-Nya ‘Bapa’ & tindakan filosof yg menyebut-Nya ‘Al`ilah al-Fa`ilah’ (Efficient Cause). Karena Asma` Allah Subhanahu wa ta’ala adl tauqifiyah, maka menamai Allah Subhanahu wa ta’ala yg bukan berasal dari Allah Subhanahu wa ta’ala atau dari Rasul-Nya , berarti menyelewengkan Asma` Allah Subhanahu wa ta’ala dari kebenaran.
  4. Mengambil dari Asma` Allah Subhanahu wa ta’ala nama utk berhala. Seperti tindakan kaum musyrikin yg menamai berhala mereka dgn nama al-‘Uzza berasal dari al-‘Aziz & berhala al-Laat yg berasal dari al-Ilah.Ilhad dgn segala macamnya adl haram, karena Allah Subhanahu wa ta’ala mengancam orang yg berbuat ilhad dgn firman-Nya:

    وَللهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ

    Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dgn menyebut asma-ul husna itu & tinggalkanlah orang-orang yg menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yg telah mereka kerjakan. (Al Qur’an Surat: Al-A’raaf : 180)

  5. Mensifati-Nya dgn sifat yg Dia Subhanahu wa ta’ala Maha Besar & Maha Suci dari sifat kekurangan, seperti perkataan Yahudi yg paling jahat: “Innahu faqiir (bahwasanya Dia fakir) & perkataan mereka bahwa Dia beristirahat setelah menciptakan makhluk-Nya. Dan perkataan mereka:يَدُ اللهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا

    Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yg dibelenggu & merekalah yg dilaknat disebabkan apa yg telah mereka katakan itu. (Al Qur’an Surat: Al-Maidah:64)

    Dan perkataan-perkataan serupa dgn itu termasuk ilhad pd Asma` & sifat Allah Subhanahu wa ta’ala .

Dilalah Asma`ul Husna

Seluruh asma` Allah Subhanahu wa ta’ala adl husna, artinya Maha Indah & semuanya menunjukkan kesempurnaan & pujian yg absolut. Seluruhnya diambil dari sifat-sifat-Nya. Maka sifat yg ada padanya tdk menafikan ‘alamiyah (nama) & ‘alamiyah tdk menafikan sifat, & dilalahnya (indikasinya) ada tiga:

  1. Dilaalah muthabaqah (adekusi), ketika kita tafsirkan nama dgn seluruh yg ditunjukkannya.
  2. Dilaalah tadhamun (inklusi), ketika kita tafsirkan dgn sebagian yg ditunjukkannya.
  3. Dan dilaalah iltizam (konsekuensi), ketika kita menunjukkannya atas yg lainnya dari asma` (nama-nama) sbg konsekuensi nama ini atas nama-nama yg lain.

Misalnya: ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), yg menunjukkan adanya sifat rahmah & Dzat adl dilaalah muthabaqah (adekusi), & atas salah satunya adl dilaalah tadhamun (inklusi) karena ia termasuk dalam kandungannya. Dan indikasinya atas Asma` yg tdk didapatkan sifat rahmat kecuali dgn tetapnya Asma` tersebut, seperti hayat (hidup), ilmu (pengetahuan) iradah (kehendak), qudrat (kekuasaan) & yg lainnya adl dilaalah iltizam (konsekuensi). Bagian yg terakhir ini memerlukan pemikiran yg kuat & perenungan. Para ahli ilmu berbeda pendapat dalam hal ini. Maka jalan utk mengenalnya adl ketika anda memahami lafazh (kata) & makna yg terkandung di dalamnya & anda memahaminya dgn baik, maka pikirkan maknanya yg tdk akan sempurna tanpa makna tersebut.

Asma` Allah Subhanahu wa ta’ala & sifat-sifat-Nya hanya untuk-Nya, & persamaan nama tdk menunjukkan persamaan yg diberi nama

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Allah Subhanahu wa ta’ala menamakan diri-Nya dgn beberapa nama & menamai sifat-sifat-Nya dgn beberapa nama. Apabila Asma` tersebut diidhafahkan (disandarkan) kepada-Nya maka asma` itu hanya untuk-Nya, tiada sesuatupun yg menyekutui-Nya pd sifat itu. Dia Subhanahu wa ta’ala juga memberi nama kpd sebagian makhluk-Nya dgn beberapa nama yg hanya utk mereka. Persamaan nama tdk menunjukkan persamaan yg diberi nama. Allah Subhanahu wa ta’ala menamai diri-Nya Hayy (Yang Maha Hidup) dalam firman-Nya:

اللهُ لآَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

Allah tdk ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); (Al Qur’an Surat: Al-Baqarah :255)

Dan Dia Subhanahu wa ta’ala memberi nama kpd sebagian hamba-Nya Hayy (yang hidup) dalam firman-Nya:

يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ

Dia mengeluarkan yg hidup dari yg mati & mengeluarkan yg mati dari yg hidup (Al Qur’an Surat: Ar-Ruum:19)

Pengertian al-hayy (yang hidup) dalam surah ar-Rumm ini tdk seperti pengertian al-Hayy (Yang Maha Hidup) dalam surah al-Baqarah yg disebutkan sebelumnya.

Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa ta’ala menamakan diri-Nya ‘Aliim, Haliim (Yang Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun), & Dia Subhanahu wa ta’ala memberikan nama kpd sebagian hamba-Nya dgn nama ‘Aliim, seperti dalam firman-Nya:

وَبَشَّرُوهُ بِغُلاَمٍ عَلِيمٍ

dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dgn kelahiran seorang anak yg alim (Ishak). (Al Qur’an Surat: Adz-Dzariyaat :28)

maksudnya: Nabi Ishaq . Sebagaimana Dia juga menamai yg lain Halim, seperti dalam firman-Nya:

فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلاَمٍ حَلِيمٍ

Maka Kami beri dia kabar gembira dgn seorang anak yg amat sabar. (Al Qur’an Surat: Ash-Shaaffaat :101)

Maksudnya: Ismail . ‘Aliim dalam ayat di atas bukan seperti al-‘Alim yg merupakan asma` Allah Subhanahu wa ta’ala , & Halim dalam ayat di atas bukan seperti pengertian al-Halim yg merupakan salah satu dari asma` Allah Subhanahu wa ta’ala .

Dan Allah Subhanahu wa ta’ala menamakan diri-Nya Samii’ & Bashiir dalam firman-Nya:

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kpd yg berhak menerimanya, & (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dgn adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yg sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adl Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al Qur’an Surat: An-Nisaa`:58)

Dan Dia Subhanahu wa ta’ala menamai sebagian makhluk-Nya dgn nama ‘samii’ & bashir’ dalam firman-Nya:

إِنَّا خَلَقْنَا اْلإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yg bercampur yg Kami hendak mengujinya (dengan perintah & larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar & melihat. (Al Qur’an Surat: Al-Insaan :2)

As-Samii’ dalam ayat ini bukan seperti as-Samii’ yg merupakan salah satu dari asma` Allah Subhanahu wa ta’ala yg disebutkan dalam ayat sebelumnya. Demikian pula al-bashiir dalam ayat ini tdk sama pengertiannya dgn al-Bashiir yg merupakan salah satu asma` Allah Subhanahu wa ta’ala yg dalam surah an-Nisaa` yg disebutkan sebelumnya.

Dia Subhanahu wa ta’ala menamai diri-Nya dgn nama ar-Ra`uf & ar-Rahim, seperti dalam firman-Nya:

إِنَّ اللهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفُُ رَّحِيمُُ

Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kpd manusia. (Al Qur’an Surat: Al-Baqarah:143)

Dan Dia Subhanahu wa ta’ala memberi nama kpd sebagian makhluk-Nya dgn nama ar-Ra`uf ar-Rahim dalam firman-Nya:

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan & keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min. (Al Qur’an Surat: At-Taubah:128)

Sifat ar-Ra`uf pd ayat sebelumnya tdk seperti sifat ra`uf pd ayat ini, & sifat Rahim pd ayat sebelumnya tdk seperti sifat rahim para ayat ini.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: ‘Nama-nama yg digunakan kpd Allah Subhanahu wa ta’ala & kpd hamba, seperti al-Hayy, as-Samii’, al-Bashiir, al-‘Aliim, al-Qadiir & yg semisalnya, ada 3 golongan dalam memandangnya

  1. Segolongan dari mutakallimin berkata: ia adl hakikat pd hamba & majaaz pd Rabb. Ini adl pendapat kaum Jahmiyah yg ekstrim. Ini adl ucapan yg paling keji & paling merusak.
  2. Pendapat sebaliknya, nama-nama itu adl hakikat pd Rabb, majaaz pd Rabb. Ini adl pendapat Abul-Abbas an-Naasyi.
  3. Sesungguhnya nama-nama itu adl hakikat pd Rabb & hamba, & inilah pendapat ahlus-sunnah. Perbedaan 2 hakikat pd keduanya tdk mengeluarkannya dari kondisinya yg merupakan hakekat pd keduanya. Bagi Rabb dari nama-nama itu yg sesuai dgn kebesaran-Nya, & bagi hamba dari nama itu yg sesuai dgn kapasitasnya sbg hamba.

Urutan menjaga (menghapal, memahami & mengamalkan) Asma` Allah Subhanahu wa ta’ala Yang Maha Indah

Barangsiapa yg menjaganya niscaya masuk surga.

Ini adl keterangan penghapalan asma’-Nya ‘barangsiapa yg menghapalnya niscaya masuk surga’.

  1. Pertama: menghapal lafazh & bilangannya
  2. Kedua : Memahami makna & yg diindikasikannya.
  3. Ketiga: Berdoa dengannya, seperti firman Allah Subhanahu wa ta’ala :وَللهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

    Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dgn menyebut asma-ul husna itu. (Al Qur’an Surat: Al-A’raaf:180)

    Terdapat 2 martabat: pertama, adl memuji & beribadah. Kedua, do’a meminta & memohon. Dia tdk dipuji kecuali dgn asma`-Nya Yang Husna & Sifat-Nya Yang Maha Tinggi. Demikian pula Dia Subhanahu wa ta’ala tdk diminta kecuali dengannya. Tidak boleh berdo’a dgn kata-kata: ‘Hai yg ada (maujud), hai sesuatu, atau hai Dzat ampuni & kasihilah aku’. Tetapi Dia diminta dgn nama yg sesuai dgn permintaan. Yang Berdo’a bertawassul kepada-Nya dgn nama itu. Siapa yg memikirkan do’a para rasul, apabila doa Nabi Muhammad , ia akan mendapatkan doa-doa tersebut sesuai dgn penjelasan di atas.

    Kita memohon kpd Allah Subhanahu wa ta’ala agar senantiasa membimbing kita kpd cahaya-Nya & memudahkan jalan bagi kita utk mendapatkan keridhaan-Nya, sesungguhnya Dia Subhanahu wa ta’ala sangat dekat & Maha Mengabulkan doa hamba-Nya.

Rujukan:

بدائع الفوائد: للإمام ابن القيم الجوزية

القواعد المثلى فى الأسماء والصفات : الشيخ محمد صالح العثيمين

شرح أسماء الحسنى فى ضوء الكتاب والسنة: الشيخ سعيد القحطاني

Disusun Oleh:
Muh. Iqbal Ghazali
Murajaah, Abu Ziyad