Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit

  1. Orang yg sakit wajib melaksanakan shalat fardhu dgn berdiri, sekali pun bersandar ke dinding atau ke tiang atau dgn tongkat.
  2. Jika tdk sanggup shalat berdiri, maka hendaklah ia shalat dgn duduk, & lbh baik kalau duduk bersila pd waktu di mana semestinya berdiri & ruku’, & duduk istirasy pd waktu di mana dia sujud.
  3. Jika tdk sanggup shalat sambil duduk, boleh shalat sambil berbaring bertumpu pd sisi badan menghadap kiblat. Dan bertumpu pd sisi kanan lbh utama dari sisi kiri. Jika tdk memungkinkan utk menghadap kiblat boleh menghadap ke mana saja & tdk perlu mengulangi shalatnya.
  4. Jika tdk sanggup shalat berbaring, boleh shalat sambil terlentang dgn menghadapkan kedua kaki ke kiblat. Dan yg lbh utama yaitu dgn mengangkat kepala utk menghadap kiblat. Dan jika tdk bisa meng-hadapkan kedua kakinya ke kiblat, dibolehkan shalat menghadap ke mana saja.
  5. Orang sakit wajib melaksanakan ruku’ & sujud, jika tdk sanggup, cukup dgn membungkukkan badan pd ruku’ & sujud, & ketika sujud hendaknya lbh rendah dari ruku’. Dan jika sanggup ruku’ saja & tdk sanggup sujud, dia boleh ruku’ saja & menundukkan kepala saat sujud. Demikian pula sebaliknya jika dia sanggup sujud saja & tdk sanggup ruku’, dia boleh sujud saja & ketika ruku’ dia menundukkan kepala.
  6. Jika tdk sanggup dgn menundukkan kepala ketika ruku’ & sujud, cukup dgn isyarat mata, dgn memejamkan sedikit ketika ruku’ & dgn meme-jamkan lbh kuat ketika sujud. Adapun isyarat dgn telunjuk seperti yg dilakukan beberapa orang sakit, itu tdk betul & penulis tdk pernah tahu dalil-dalilnya baik dalil dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah, & tdk pula dari perkataan para ulama.
  7. Jika tdk sanggup juga shalat dgn menggerakkan kepala & isyarat mata, hendaklah ia shalat dgn hatinya, dia berniat ruku’, sujud & berdiri serta du-duk. Masing-masing orang akan diganjar sesuai dgn niatnya.
  8. Orang yg sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pd waktunya sesuai menurut kemampu-annya sebagaimana kita jelaskan di atas. Tidak boleh sengaja mengakhirkannya dari waktu yg semestinya. Dan jika termasuk orang yg kesulitan berwudhu dia boleh menjamak shalatnya seperti layaknya seorang musafir.
  9. Jika dia sulit utk shalat pd waktunya, boleh menja-mak antara Dhuhur dgn Ashar & antara Maghrib dgn Isya’, baik jama’ taqdim maupun jama’ ta’khir, sesuai dgn kemampuannya. Kalau dia mau, dia boleh memajukan shalat Asharnya digabung dgn Dhuhur, atau mengakhirkan Dhuhurnya digabung dgn Ashar di waktu Ashar. Jika mau, boleh juga dia memajukan shalat Isya’ utk digabung dgn shalat Maghrib di waktu Maghrib atau sebaliknya. Adapun shalat Subuh, maka tdk boleh di-jama’ dgn shalat yg sebelumnya atau sesudahnya, karena waktunya terpisah dari waktu shalat sebelumnya & shalat se-sudahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:”Dan dirikanlah shalat dari sesudah tergelincirnya mata-hari sampai gelap malam, & (dirikanlah pula) shalat Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (Al-Isra’: 78)

Oleh: Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin