Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Sejarah Panjang Nusantara: Urutan Kerajaan-Kerajaan Sampai Indonesia Merdeka

Nusantara adalah sebuah wilayah yang memiliki banyak kerajaan di masa lalu. Kerajaan-kerajaan ini memiliki sejarah panjang dan peradaban yang kaya. Kami akan membahas sejarah dan ciri khas dari setiap kerajaan tersebut, mulai dari Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno, Majapahit, Demak, Kesultanan Aceh, Kesultanan Banten, Kesultanan Mataram, Kesultanan Ternate, Kesultanan Bima, dan Kesultanan Palembang Darussalam. Berikut adalah urutan beberapa kerajaan di Nusantara beserta tahunnya:

  1. Kerajaan Kutai (abad ke-4 hingga ke-5 Masehi) Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua di Nusantara yang dikenal dalam sejarah. Kerajaan ini berada di Kalimantan Timur, tepatnya di sekitar muara Sungai Mahakam. Kerajaan Kutai didirikan oleh Kudungga pada abad ke-4 Masehi dan berlangsung hingga abad ke-5 Masehi.
  2. Kerajaan Tarumanegara (abad ke-4 hingga ke-7 Masehi) Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan yang berada di Jawa Barat dan didirikan pada abad ke-4 Masehi. Kerajaan ini dikenal sebagai salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Raja pertama kerajaan ini adalah Sang Hyang Tapakuan yang memerintah pada awal abad ke-5 Masehi.
  3. Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 hingga ke-14 Masehi) Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang berada di Sumatra Selatan dan pernah menjadi kerajaan maritim terbesar di Nusantara. Kerajaan ini didirikan pada abad ke-7 Masehi oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Puncak kejayaan kerajaan Sriwijaya terjadi pada abad ke-8 hingga ke-11 Masehi.
  4. Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8 hingga ke-10 Masehi) Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan yang berada di Jawa Tengah dan pernah menjadi kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Indonesia. Kerajaan ini didirikan pada abad ke-8 Masehi oleh Sanjaya. Puncak kejayaan kerajaan Mataram Kuno terjadi pada masa pemerintahan Raja Balitung.
  5. Kerajaan Majapahit (abad ke-13 hingga ke-16 Masehi) Kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang berada di Jawa Timur dan pernah menjadi kerajaan Hindu terbesar di Indonesia. Kerajaan ini didirikan pada abad ke-13 Masehi oleh Raden Wijaya. Puncak kejayaan kerajaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
  6. Kerajaan Demak (abad ke-15 hingga ke-16 Masehi) Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa dan didirikan pada abad ke-15 Masehi oleh Raden Patah. Kerajaan ini menjadi kerajaan Islam yang paling kuat di Nusantara pada abad ke-16 Masehi.
  7. Kesultanan Aceh (abad ke-16 hingga ke-19 Masehi) Kesultanan Aceh adalah kesultanan Islam yang berada di Aceh, Sumatra dan didirikan pada abad ke-16 Masehi.
  8. Kesultanan Banten (abad ke-16 hingga ke-19 Masehi) Kesultanan Banten adalah kesultanan Islam yang berada di Banten, Jawa Barat dan didirikan pada abad ke-16 Masehi. Kesultanan Banten menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di Nusantara pada abad ke-17 Masehi.
  9. Kesultanan Mataram (abad ke-16 hingga ke-18 Masehi) Kesultanan Mataram adalah kesultanan yang berada di Jawa Tengah dan didirikan pada abad ke-16 Masehi oleh Senopati. Kesultanan Mataram terbagi menjadi tiga periode: Mataram Kuno, Mataram Islam, dan Mataram Baru.
  10. Kesultanan Ternate (abad ke-13 hingga ke-19 Masehi) Kesultanan Ternate adalah kesultanan Islam yang berada di Maluku Utara dan didirikan pada abad ke-13 Masehi. Kesultanan ini menjadi salah satu pusat perdagangan rempah-rempah di Nusantara pada abad ke-16 dan ke-17 Masehi.
  11. Kesultanan Bima (abad ke-17 hingga ke-20 Masehi) Kesultanan Bima adalah kesultanan yang berada di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan didirikan pada abad ke-17 Masehi. Kesultanan Bima menjadi pusat perdagangan penting di wilayah timur Indonesia.
  12. Kesultanan Palembang Darussalam (abad ke-16 hingga ke-19 Masehi) Kesultanan Palembang Darussalam adalah kesultanan Islam yang berada di Sumatra Selatan dan didirikan pada abad ke-16 Masehi. Kesultanan ini menjadi pusat perdagangan yang penting di wilayah Sumatra Selatan pada abad ke-17 dan ke-18 Masehi.
  13. Kesultanan Tidore (abad ke-15 hingga ke-19 Masehi) Kesultanan Tidore adalah kesultanan Islam yang berada di Maluku Utara dan didirikan pada abad ke-15 Masehi. Kesultanan Tidore menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di wilayah Maluku pada abad ke-16 dan ke-17 Masehi.
  14. Kesultanan Palembang (abad ke-7 hingga ke-17 Masehi) Kesultanan Palembang adalah kesultanan yang berada di Sumatra Selatan dan didirikan pada abad ke-7 Masehi. Kesultanan Palembang dikenal sebagai pusat peradaban awal di Indonesia dan menjadi pusat perdagangan penting di wilayah Sumatra Selatan pada abad ke-10 hingga ke-13 Masehi.
  15. Kesultanan Deli (abad ke-17 hingga ke-20 Masehi) Kesultanan Deli adalah kesultanan yang berada di Sumatra Utara dan didirikan pada abad ke-17 Masehi. Kesultanan ini menjadi pusat perdagangan penting di wilayah Sumatra Utara pada abad ke-19 dan ke-20 Masehi.
  16. Kesultanan Pontianak (abad ke-18 hingga ke-20 Masehi) Kesultanan Pontianak adalah kesultanan yang berada di Kalimantan Barat dan didirikan pada abad ke-18 Masehi. Kesultanan Pontianak menjadi pusat perdagangan penting di wilayah Kalimantan Barat pada abad ke-19 dan ke-20 Masehi.
  17. Kerajaan Kutai Kartanegara (abad ke-4 hingga ke-17 Masehi) Kerajaan Kutai Kartanegara adalah kerajaan yang berada di Kalimantan Timur dan didirikan pada abad ke-4 Masehi. Kerajaan ini menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan penting di wilayah Kalimantan Timur pada abad ke-5 hingga ke-17 Masehi.
  18. Kesultanan Buton (abad ke-14 hingga ke-20 Masehi) Kesultanan Buton adalah kesultanan yang berada di Sulawesi Tenggara dan didirikan pada abad ke-14 Masehi. Kesultanan Buton menjadi pusat perdagangan penting di wilayah Sulawesi Tenggara pada abad ke-16 hingga ke-18 Masehi.
  19. Kesultanan Gowa-Tallo (abad ke-16 hingga ke-19 Masehi) Kesultanan Gowa-Tallo adalah kesultanan yang berada di Sulawesi Selatan dan didirikan pada abad ke-16 Masehi. Kesultanan Gowa-Tallo menjadi salah satu pusat perdagangan penting di Sulawesi Selatan pada abad ke-17 dan ke-18 Masehi.
  20. Indonesia Merdeka (1945) Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda. Setelah itu, Indonesia mengalami perjalanan panjang dalam membangun negara dan masyarakat yang kuat dan mandiri. Sejak saat itu, Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat di dunia internasional.

Sejarah Nusantara sangatlah kaya dan memiliki banyak peristiwa penting yang membentuk perjalanan panjang negara ini. Melalui penelitian dan pemahaman sejarah, kita dapat menghargai warisan dan budaya nenek moyang kita serta memahami perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemakmuran bangsa.

Readmore…


Kesultanan Johor

Kesultanan Johor merupakan salah satu kerajaan Melayu yang memiliki sejarah panjang dan berpengaruh di Nusantara. Berdiri pada tahun 1528, Kesultanan Johor menjadi pusat kebudayaan, perdagangan, dan agama Islam di wilayah Melayu dan sekitarnya. Dalam sejarahnya, Kesultanan Johor mengalami masa kejayaan pada abad ke-17 hingga ke-18, ketika menjadi salah satu kekuatan maritim di Selat Malaka dan memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Sumatera dan Kalimantan. Kesultanan Johor juga memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di kawasan Melayu dan Nusantara melalui dukungan terhadap para ulama dan hubungan yang erat dengan kesultanan-kesultanan Islam lainnya di wilayah tersebut. Readmore…


Sejarah Islam di Malaysia: Perkembangan Islam Sejak Abad ke-7 Masehi Hingga Kini

Sejarah Islam di Malaysia dimulai pada abad ke-7 Masehi, ketika pedagang Arab Muslim mulai melakukan perdagangan dengan orang Melayu di Semenanjung Malaysia. Pada abad ke-13, Raja Kedah, Maharaja Mudzafar Shah, memeluk agama Islam dan menjadikannya agama resmi kerajaannya. Pada abad ke-15, Kesultanan Melaka menjadi pusat perdagangan dan agama Islam di wilayah ini. Awalnya didirikan oleh seorang raja Hindu bernama Parameswara,  setelah memeluk Islam, kesultanan ini berubah menjadi kesultanan Islam. Kesultanan Melaka terkenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan menarik perhatian pedagang dari seluruh dunia Muslim.

Pada abad ke-19, Inggris datang ke Malaysia dan menguasai hampir seluruh Semenanjung Malaysia. Mereka menerapkan kebijakan pemisahan antara agama dan politik, dan memperbolehkan masyarakat Melayu untuk mempraktikkan agama Islam dengan bebas. Setelah kemerdekaan Malaysia pada tahun 1957, Islam menjadi agama resmi negara. Hal ini berarti pemerintah Malaysia mengakui Islam sebagai agama utama dan memiliki pengaruh besar dalam politik, sosial, dan budaya Malaysia. Readmore…


Sejarah Penyebaran Islam di Kalimantan Selatan dan Peran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Islam mulai masuk ke wilayah Kalimantan pada abad ke-15 Masehi melalui para pedagang muslim yang berasal dari Kesultanan Melayu. Pedagang muslim dari Kesultanan Melayu ini seringkali menjalin hubungan dagang dengan masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan. Dalam hubungan dagang tersebut, pedagang muslim tersebut memberikan pengaruh keagamaan kepada masyarakat Dayak sehingga masyarakat Dayak mulai tertarik untuk memeluk Islam.

Pada abad ke-16, agama Islam semakin berkembang di Kalimantan ketika para wali atau ulama Islam datang ke wilayah tersebut. Salah satu wali Islam yang datang ke Kalimantan adalah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang berasal dari Banjarmasin. Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di Kalimantan. Readmore…


Doa Niat Zakat Fitrah, Tata Cara Menunaikan dan Keutamaan Zakat Fitrah

Doa Zakat Fitrah adalah sebagai berikut:

بِسْمِ اللهِ تَعَالَىٰ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَصَدَقَتَنَا وَزَكَاةَ أَمْوَالِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Bismillahit ta’ala, Allahumma taqabbal minna siyamana wa qiyamana wa shadaqatana wa zakata amwalina, wa tub ‘alaina innaka anta at-tawwabur-rahim.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Tinggi, Ya Allah terimalah dari kami puasa, shalat, sedekah dan zakat yang telah kami berikan. Berikanlah ampunan atas segala dosa kami, karena Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.Readmore…


Merayakan Idul Fitri untuk Meningkatkan Ketaqwaan dan Merajut Silaturahmi

Idul Fitri adalah hari raya umat Islam yang dirayakan setelah sebulan penuh berpuasa selama bulan Ramadan. Hari raya ini memiliki nilai penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain sebagai momen untuk bermaaf-maafan, Idul Fitri juga menjadi momentum untuk memperkuat tali silaturahmi dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat Rasulullah, juga ditegaskan pentingnya merayakan Idul Fitri sebagai salah satu momen penting dalam agama Islam. Beberapa hadits yang menunjukkan pentingnya Idul Fitri antara lain sebagai berikut: Readmore…


Perkembangan Infrastruktur dan Pemukiman di Banten Sebelum dan Saat Kesultanan Maulana Yusuf

Perkembangan Infrastruktur dan Pemukiman Banten Sebelum Masa Kesultanan dan Menjelang Masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf

Sejarah panjang telah dimiliki oleh Banten sebelum Dinasti Islam merebut kekuasaannya. Banten telah mendapat pengaruh dari kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha, seperti Tarumanegara, Sriwijaya, dan Pajajaran. Sejak abad ke-5 Masehi, Banten telah masuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Namun, tidak banyak keterangan yang menyebutkan tentang pengembangan dan pemukiman masyarakat Banten pada masa tersebut. Setelah Kerajaan Tarumanegara berakhir pada akhir abad ke-7, pengembangan kota dapat ditelusuri dari penggalian yang dilakukan oleh arkeolog di daerah pedalaman Kota Serang.

  1. Pengaruh Kerajaan Tarumanegara Pada masa Kerajaan Tarumanegara, mata pencaharian penduduk Banten sangat bergantung pada alam sekitarnya. Kegiatan-kegiatan seperti perburuan, pertambangan, perikanan, dan perniagaan menjadi mata pencaharian penduduk, selain pertanian, pelayaran, dan peternakan. Berita mengenai perburuan dapat diperoleh dari berita tentang adanya cula badak dan gading gajah yang diperdagangkan. Kerajaan Tarumanegara juga menurut kronik Cina disebut T-Lo-Mo yang pada abad VI dan VII Masehi mengirim utusannya ke Cina.
  2. Pengaruh Kerajaan Jawa dan Melayu Setelah Kerajaan Tarumanegara berakhir, pengaruh Jawa dan Melayu terlihat di Banten Girang. Kerajaan Banten Girang yang sudah berdiri terkena pengaruh ganda dari kedua kebudayaan besar tersebut. Kitab Negarakertagama menggambarkan wilayah politik Banten Girang sebagai wilayah pengaruh Jawa mulai tahun 1275 Masehi setelah Raja Kertanegara melancarkan ekspedisi militer melawan Melayu-Jambi yang dikenal dengan ekspedisi pamalayu. Pengaruh Melayu pun, baik politik maupun budaya selama berabad-abad terasa di daerah itu dari akhir abad ke-7 sampai abad ke-10, lalu dari awal abad ke-11 sampai paro kedua abad ke-13.
  3. Pemakaian Bahasa di Banten Girang Dua kebudayaan besar, Melayu dan Jawa, mempengaruhi pemakaian bahasa di Banten Girang. Bahasa Melayu diperkirakan digunakan di Banten Girang bersamaan dengan bahasa Jawa. Terlihat dengan nyata dalam sebuah surat pendek yang oleh syahbandar keturunan Cina ditulis dalam bahasa Melayu dengan aksara Jawa.

Readmore…


Perkembangan Ekologi dan Sosio-Kultural Kota Banten Girang pada Masa Pra-Kolonial

Sejarah kota dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah perkembangan ekologi kota. Hubungan antara manusia dan lingkungan alamnya merupakan salah satu kekuatan yang membentuk karakter kota. Artikel ini membahas perubahan ekologi dan sosio-kultural Kota Banten Girang, sebuah kerajaan di Indonesia pada masa pra-kolonial.

Topografi dan Lokasi Kota Letak pusat Kerajaan Banten Girang pada masa lalu terletak di pedalaman. Meskipun demikian, kerajaan ini tidak termasuk kerajaan pedalaman yang memperlihatkan sifat peradaban yang tertutup dan statis, dengan ekspresi kebudayaan yang lebih kurang seragam, seperti yang ditemui pada kota-kota pedalaman Jawa masa pra-kolonial. Banten Girang merupakan kerajaan terbuka dan merupakan daerah yang penting bagi jaringan laut internasional. Hal ini didasarkan pada temuan arkeologis di lokasi tersebut berupa keramik impor, seperti dari Cina, Vietnam, dan Thailand. Selain itu, ditemukan pula manik-manik dan mata uang logam dari dinasti Tang, Cina.

Perubahan Sosio-Kultural Kota Banten Girang merupakan perwujudan kosmologis dalam kerajaan bercorak Hindu. Bangunan-bangunan sakral seperti istana dan tempat ibadah ditempatkan pada ketinggian untuk melambangkan kekuasaan dan religiositas. Sedangkan, bangunan yang sifatnya umum untuk kegiatan ekonomi dan sosial, seperti perumahan, dan pasar ditempatkan di daerah kerendahan. Konsep yang dianut agama Hindu-Budha dan Islam pada masa itu berbeda. Zaman pra-Islam orang cenderung memilih dataran tinggi berdasarkan konsep kosmologi yang percaya adanya dunia atas dan bawah. Readmore…


Perpindahan Ibukota dari Banten Girang ke Banten Lama

Fase awal penyebaran Islam di Banten adalah fase yang berarti dalam sejarah Banten. Pada masa ini, terjadi transformasi agama dari kerajaan yang bercorak Hinduistik menjadi Islam dan mulai berkembangnya Banten sebagai pelabuhan alternatif setelah Malaka.

Proses Awal Penaklukan Banten: Proses awal penaklukan Banten terjadi pada tahun 1478 Masehi menurut Sajarah Banten. Namun, tidak menutup kemungkinan jika proses penaklukan dalam sumber Sajarah Banten itu terhitung sejak kedatangan wangsa Islam untuk pertama kalinya di wilayah Banten.

Perpindahan Pusat Pemerintahan: Pada tahun 1526, orang-orang Islam berhasil menghimpun kekuatan politik dan sudah cukup kuat, sehingga mereka berani menduduki pusat pemerintahan Banten Girang. Sekaligus memindahkan pusat kota dari Banten Girang ke Banten Lama yang lebih dekat dengan pesisir.

Pemindahan Pusat Pemerintahan Banten: Maulana Hasanuddin sebagai raja pertama di Kesultanan Banten, memimpin Banten setelah berhasil mengalahkan Prabu Pucuk Umun di Banten Girang. Kebijakan pertama dalam pemerintahannya adalah memindahkan pusat kerajaan dari Banten Girang ke Banten Lama. Readmore…


Kesultanan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati,

Pengembangan sebuah kota tidak dapat dipisahkan dari dinamika sejarah yang membentuk identitas kota tersebut. Banten, salah satu provinsi di Indonesia, merupakan kota yang lahir dari latar historis perkembangan pusat politik tradisional sebelumnya, yakni peran kekuasaan kesultanan Islam. Banten juga terkenal memiliki hubungan dagang dengan Cina dan India sejak dahulu, seperti terbukti dengan ditemukannya sejumlah benda arkeologi seperti keramik Cina, arca, dan prasasti.

Sebagai bandar dagang di pesisir utara Jawa bagian barat, Banten diperkirakan muncul pada masa Kerajaan Sunda. Dalam berbagai sumber Cina yang dihimpun oleh Groeneveldt, salah satu daerah di Nusantara yang mereka kenal pada masa Dinasti Ming adalah Sun-la, yang dianggap lafal Cina untuk Sunda. Tome Pires (1512-1515) dalam Suma Oriental-nya juga menyebut “Bantam” sebagai salah satu pelabuhan penting Kerajaan Sunda, disamping pelabuhan lainnya seperti Pontang, Cigede, Tangerang, Sunda Kelapa, dan Cimanuk.

Banten merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Sunda yang Hinduistis dan berupa kota pelabuhan yang letaknya di ujung barat sehingga merupakan kota pelabuhan pertama yang dikunjungi Tome Pires dalam perjalanannya menyusuri pesisir utara Pulau Jawa. Kota pelabuhan ini terletak di tepi sungai, dan dinilai sebagai kota yang baik (a good city) karena ditata secara teratur dan rapih.

Letak Banten yang berada di dekat Selat Sunda menjadikan kedudukannya sangat strategis, mengingat kegiatan perdagangan di Nusantara dan Asia serta kedudukan barang dengan rempah-rempah di pasar internasional makin meningkat, seiring dengan berdatangannya pedagang-pedagang dari luar negeri. Hal ini membuat Banten semakin berkembang pesat dan menjadi pusat perdagangan yang ramai.

Pada abad ke-16, Kesultanan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati, seorang tokoh penting dari Kesultanan Cirebon. Ia memutuskan untuk memisahkan diri dari Kesultanan Cirebon dan mendirikan kesultanan sendiri di Banten. Kesultanan Banten berkembang pesat di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, yang berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke seluruh wilayah Banten dan sekitarnya.

Kesultanan Banten memiliki hubungan dagang yang kuat dengan negara-negara Eropa, seperti Inggris, Belanda, dan Portugal. Namun, pada akhirnya hubungan dengan Belanda menjadi kurang harmonis dan berakhir dengan terjadinya Perang Banten pada tahun 1680-an. Kesultanan Banten kemudian runtuh dan wilayahnya menjadi bagian dari Hindia Belanda.

Seiring dengan berdatangannya penjajah asing, Banten juga mengalami berbagai perubahan. Pada awal abad ke-16, Portugis datang ke Banten dan mencoba untuk menjalin hubungan dagang dengan kesultanan tersebut. Namun, hubungan tersebut tidak berjalan mulus dan justru memicu konflik yang berlangsung selama beberapa dekade. Pada tahun 1596, Portugis berhasil menaklukkan kota Sunda Kelapa, yang pada saat itu merupakan pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat penting. Penaklukan ini membuat Banten kehilangan pendapatan yang signifikan dan kedudukannya sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di Nusantara pun terancam.

Perubahan besar lainnya terjadi pada abad ke-17 ketika VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) Belanda mulai menancapkan kakinya di Nusantara. Pada tahun 1601, VOC menandatangani perjanjian dengan Banten yang memungkinkan mereka untuk mendirikan pos dagang di pelabuhan Banten dan melakukan kegiatan perdagangan dengan kesultanan tersebut. Namun, hubungan ini juga tidak berjalan mulus dan sering terjadi konflik antara Banten dan VOC.

Pada tahun 1680, Banten akhirnya jatuh ke tangan VOC setelah mengalami serangkaian perang yang mengakibatkan kerusakan yang cukup parah di kota tersebut. Kesultanan Banten kemudian dihapuskan dan wilayahnya menjadi bagian dari Hindia Belanda. VOC membangun benteng di Banten dan menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan utama di barat daya Pulau Jawa. Kehadiran VOC membuat Banten menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat penting di Nusantara.

Dalam perkembangannya, Banten tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan agama Islam di Jawa Barat. Kesultanan Banten menjadi pusat pengembangan sastra, seni, dan bahasa. Salah satu tokoh sastra terkenal dari Banten adalah Sultan Ageng Tirtayasa yang merupakan penulis Serat Centhini, sebuah kitab sastra Jawa yang terkenal hingga kini.