Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Arti Ucapan Selamat Lebaran “Taqabbalallahu” Menyambut Hari Raya Idul Fitri

Assalamualaikum… Selamat lebaran Pak Ustadz.

Saya langsung saja ke pertanyaan pak Ustadz. Setiap menyambut hari raya idul fitri, kebanyakan kaum muslim mengirimkan ucapan selamat Lebaran berbunyi ” Taqabalallahu Minna waminkum, shiyamana washiya-makum. Minal aidin wal faidzin.” Saya sbg orang awam yg tdk tahu dgn bahasa Arab, bingung dgn arti kata-kata di atas.

Mohon kpd Pak Ustadz menjelaskan arti kalimat di atas.

Wassalam

Jawaban

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

تَقَبَلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ وَكُلُّ عَامٍِ بِخَيْرٍ مِنَ العَائِدَيْنِ وَالفَائِزِيْنَ

“Semoga Allah menerima ibadah saum kami & anda semua. Dan setiap tahun semoga ada dalam kebaikan. Dan semoga termasuk orang-orang yg kembali kpd kesucian & menjadi orang-orang yg beruntung.”

Taqabbalallahu itu artinya semoga Allah mengabulkan. Minaa wa minkum berarti dari kami & dari anda. Shiyamana wa shiyamakum berarti puasa kami & puasa anda.

Sedangkan lafadz minal a’idin wal faidzin merupakan doayang terpotong, arti secara harfiyahnya adalah: termasuk orang yg kembali & menang.

Lafadz ini sebenarnya terpotong, seharusnya ada lafadz tambahan di depannya meski sudah lazim lafadz tambahan itu memang tdk diucapkan. Lengkapnya ja’alanallahu minal a’idin wal faidzin, yg bermakna : Semoga Allah menjadi kita termasuk orang yg kembali & orang yg menang.

Namun sering kali orang salah paham, dikiranya lafadz itu merupakan bahasa arab dari ungkapan mohon maaf lahir & batin. Padahal bukan & merupakan 2 hal yg jauh berbeda.

Lafadz taqabbalallahu minna wa minkum merupakan lafadz doa yg intinya kita saling berdoa agar semua amal kita diterima Allah SWT. Lafadz doa ini adl lafadz yg diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kita selesai melewati Ramadhan.

Jadi yg diajarkan sebenarnya bukan bermaaf-maafan seperti yg selama ini dilakukan oleh kebanyakan bangsa Indonesia. Tetapi yg lbh ditekankan adl tahni’ah yaitu ucapan selamat serta doa agar amal dikabulkan.

Meski tdk diajarkan atau diperintahkan secara khusus, namun bermaaf-maafan & silaturrahim di hari Idul Fithri juga tdk terlarang, boleh-boleh saja & merupakan ‘urf (kebiasaan) yg baik.

Di luar Indonesia, belum tentu ada budaya seperti ini, dimana semua orang sibuk utk saling mendatangi sekedar bisa berziarah & silaturrahim, lalu masing-masing saling meminta maaf. Sungguh sebuah tradisi yg baik & sejalan dgn syariah Islam.
Meski terkadang ada juga bentuk-bentuk yg kurang sejalan dgn Islam, misalnya membakar petasan di lingkungan pemukiman. Tentunya sangat mengganggu & beresiko musibah kebakaran.

Termasuk juga yg tdk sejalan dgn tuntunan agama adalah bertakbir keliling kota naik truk sambil mengganggu ketertiban berlalu-lintas, apalagi sambil melempar mercon, campur baur laki & perempuan & tdk mengindahkan adab & etika Islam.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penulis: Ahmad Sarwat, Lc