Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Beriman Kepada Allah, Para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir Baik dan Buruk (Prinsip pertama)

Sesungguhnya Ahlus Sunnah Wal Jamaah berjalan di atas prinsip-prinsip yg jelas & kokoh baik dalam I’tiqad, amal maupun perilakunya, seluruh prinsip-prinsip yg agung ini bersumber pd kitab Allah & Sunnah Rasul-Nya & apa-apa yg dipegang teguh oleh para pendahulu ummat dari kalangan sahabat, tabi’in & pengikut mereka yg setia.

Prinsip pertama Ahlus Sunnah Wal Jamaah adl Beriman kpd Allah, para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul- rasul-Nya, Hari Akhir & Taqdir baik & buruknya.

Iman kpd Allah

Beriman kpd Allah artinya: berikrar dgn macam-macam tauhid yg 3 serta beri’tiqad & mengamalkannya, yaitu: tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, & tauhid Asma’ & sifat.

Adapun tauhid Rububiyah adl mentauhidkan segala apa yg dikerjakan Allah baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan & mematikan; & bahwasanya Dia itu adl Raja & Penguasa segala sesuatu.

Tauhid Uluhiyah artinya: mengesakan Allah melalui segala pekerjaan hamba yg dgn itu mereka dpt mendekatkan diri kpd Allah, apabila memang hal itu disyariatkan oleh-Nya, seperti: berdo’a, takut, berharap, cinta, penyembelihan, nadzar, isti’anah, istighatsah, minta perlindungan, shalat, puasa, haji, berinfaq di jalan Allah & segala apa saja yg disyariatkan & diperintahkan Allah dgn tdk menyekutukan-Nya dgn sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali, maupun yg lainnya.

Sedangkan makna tauhid Al Asma’ Wash- shifat adl menetapkan apa-apa yg Allah & Rasul-Nya telah tetapkan atas Diri-Nya baik itu berkenaan dgn nama-nama maupun sifat-sifat Allah & mensucikannya dari segala cela & kekurangan sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah & Rasul-Nya. Semua ini kita yakini tanpa melakukan tamtsil (perumpamaan), tanpa tasybih (penyerupaan), & tahrif (penyelewengan), ta’thil (penafian), & tanpa takwil; seperti difirmankan Allah  :

Tak ada sesuatu apapun yg menyerupai-Nya & Dia Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.” (Al Qur’an Surat: Asy- Syura: 11).

Dan Allah mempunyai nama-nama yg baik, maka berdo’alah kamu dengannya.” (Al Qur’an Surat: Al- A’raf: 180).

Iman kpd para Malaikat-Nya

Yakni membenarkan adanya para malaikat, & bahwasanya mereka itu adl makhluk dari sekian byk makhluk Allah, diciptakan dari cahaya. Allah menciptakan malaikat dalam rangka utk beribadah kepada-Nya & menjalankan perintah-perintah-Nya di dunia ini, sebagaimana difirmankan Allah:

… Bahkan malaikat-malaikat itu adl makhluk yg dimuliakan, mereka tdk mendahului-Nya dalam perkataan & mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya”. (Al Qur’an Surat: Al-Anbiyaa: 26-27).

Allahlah yg menjadikan para malaikat sbgutusan yg memiliki sayap dua, 3 & empat, Allah menambah para makhluk-Nya apa-apa yg Dia kehendaki” ( Al Qur’an Surat: Fathiir: 1).

Iman kpd Kitab- kitab-Nya

Yakni membenarkan adanya Kitab-kitab Allah beserta segala kandungannya baik yg berupa hidayah (petunjuk) & cahaya serta mengimani bahwasanya yg menurunkan Kitab-kitab itu adl Allah sbgpetunjuk bagi seluruh manusia. Dan bahwasanya yg paling agung di antara sekian byk kitab-kitab itu adl 3 kitab yaitu; Taurat, Injil, & Al-Qur’an, & di antara kitab agung di atas yg teragung lagi adl Al-Qur’an yg merupakan mukjizat yg agung. Allah berfirman:

Katakanlah (hai Muhammad):” Sesungguhnya jika manusia & jin berkumpul utk membuat yg serupa dgn Al- Qur’an niscaya mereka tdk akan mampu melakukannya walaupun sesama mereka saling bahu-membahu.” ( Al Qur’an Surat: Al –Israa’: 88).

Dan Ahlus Sunnah Wal Jamaah mengimani bahwa Al Qur’an itu adl kalam (firman) Allah, & dia bukanlah makhluk, baik; huruf maupun maknanya. Berbeda dgn pendapat golongan Jahmiyah & Mu’tazilah, mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adl makhluk baik huruf maupun maknanya. Berbeda pula dgn pendapat Asy’ariyah & yg menyerupai mereka, yg mengatakan bahwa kalam (firman Allah) hanyalah maknanya saja, sedangkan huruf-hurufnya adl makhluk. Menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah kedua pendapat tersrbut adl batil, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

Dan jika ada seorang dari kaum musyrikin meminta perlindungan kepadamu maka lindungilah ia, sehingga ia sempat mendengar kalam Allah (Al- Qur’an)“. (Al Qur’an Surat: At Taubah: 6).

Mereka itu ingin merubah kalam Allah”. (Al Qur’an Surat: Al Fath: 15).

Dalam ayat-ayat di atas, tegas dinyatakan bahwa Al Qur’an sbgKalam Allah, bukan kalam yg selainnya.

Iman kpd para Rasul

Yakni membenarkan semua rasul-rasul, baik; yg Allah sebutkan nama mereka maupun yg tidak, dari yg pertama sampai yg terakhir, & penutup para nabi tersebut adl nabi kita Muhammad . Artinya pula, beriman kpd para rasul seluruhnya & beriman kpd nabi kita secara terperinci, serta mengimani bahwa beliau adl penutup para nabi & para rasul serta tdk ada nabi sesudahnya.

Maka barangsiapa yg keimanannya kpd para rasul tdk demikian berarti dia telah kafir.

Termasuk pula beriman kpd para rasul adl tdk melalaikan & tdk berlebih-lebihan terhadap hak mereka. Berbeda dgn kaum Yahudi & Nasrani yg berlebih-lebihan terhadap para rasul mereka, sehingga mereka menjadikan & memperlakukan para rasul itu seperti memperlakukannya sbgtuhan (Allah), sebagaimana yg difirmankan Allah:

Dan orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu anak Allah, & orang-orang Nashrani berkata: Isa Al Masih itu anak Allah.” (Al Qur’an Surat: At Taubah: 30).

Sedang orang-orang sufi & para Ahli filsafat telah bertindak sebaliknya. Mereka telah merendahkan & menghinakan hak para rasul, & lbh mengutamakan para pemimpin mereka, sedang kaum penyembah berhala & atheis telah kafir kapada seluruh para Rasul tersebut.

Orang yahudi telah kafir kpd Nabi Isa & Muhammad , sedang orang Nashrani telah kafir kpd nabi Muhammad  , & orang-orang yg mengimani sebagian & mengingkari sebagian (para rasul) maka dia telah mengingkari seluruh Rasul, Allah telah berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yg kafir kpd Allah & Rasul-rasul-Nya & bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah & Rasul-Nya, dgn mengatakan: “kami beriman kpd yg sebagian & kami kafir kpd sebagian (yang lain), serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan di antara yg demikian (iman & kafir) merekalah orang-orang yg kafir sebenar-benarnya, kami telah menyediakan utk mereka siksa yg menghinakan”. (QS.An-Nisa’:150-151).

Dan juga Allah telah berfirman:

Kami tdk membeda-bedakan satu di antara Rasul rasul-Nya.” (Al Qur’an Surat: Al Baqarah: 285).

Iman kpd hari kiamat

Yakni membenarkan apa-apa yg akan terjadi setelah kematian dari hal-hal yg telah diberitakan Allah & Rasul-Nya; tentang adzab & nikmat qubur, hari kebangkitan dari qubur, hari berkumpulnya manusia di padang mahsyar, hari perhitungan & ditimbangnya segala amal perbuatan, & pemberian buku catatan amal dgn tangan kanan atau tangan kiri, tentang jembatan (shirath), serta surga atau neraka, di samping itu keimanan utk bersiap sedia dgn amalan shaleh, & meninggalkan amalan buruk serta bertaubat meninggalkannya.

Dan sungguh telah mengingkari adanya hari akhir orang-orang musyrik & kaum dahriyyun, sedang orang-orang Yahudi & orang-orang Nashrani tdk mengimani hal ini dgn keimanan yg benar

Dan mereka (Yahudi & Nashrani) berkata: sekali-kali tidaklah masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi & Nashrani, demikianlah angan-angan mereka…“. (Al Qur’an Surat: Al Baqarah: 111).

Dan mereka berkata: kami sekali-kali tdk akan disentuh api neraka kecuali hanya dalam beberapa hari saja.” (QS.Al Baqarah: 80).

Imam kpd takdir

Yakni beriman bahwasanya Allah itu mengetahui apa-apa yg telah terjadi & yg akan terjadi; menentukan & menulisnya di Lauh Mahfudz; & bahwasanya segala sesuatu yg terjadi, baik maupun buruk, kafir, iman, taat, maksiat, itu telah dikehendaki, ditentukan, & diciptakan-Nya, & bahwasanya Allah itu mencintai ketaatan & membenci kamaksiatan.

Sedang hamba Allah itu mempunyai kekuasaan, kehendak, & kemampuan memilih terhadap pekerjaan-pekerjaan yg menghantar mereka kpd ketaatan atau kemaksiatan, akan tetapi semua itu mengikuti kemauan & kehendak Allah. Berbeda dgn pendapat golongan Jabariyah yg mengatakan bahwa manusia terpaksa dgn pekerjan-pekerjaannya, tdk memiliki pilihan atau kemampuan, sebaliknya golongan Qadariyah mengatakan bahwasanya hamba itu memiliki kemauan yg berdiri sendiri & bahwasanya dialah yg menciptakan pekerjaannya, kemauan & kehendak itu terlepas dari kemauan & kehendak Allah.

Allah benar-benar telah membantah kedua pendapat di atas dgn firman-Nya:

Dan Kamu tdk bisa berkemauan seperti itu kecuali apabila Allah menghendakinya.” ( Al Qur’an Surat: At Takwir: 29).

Dengan ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak bagi setiap hamba sbgbantahan terhadap golongan Jabariyah yg ekstrim, bahkan menjadikannya sesuai dgn kehendak Allah, dalam saat yg sama, juga merupakan bantahan atas golongan Qadariyah. Dan beriman kpd takdir dpt menimbulkan sikap sabar saat seorang hamba menghadapi berbagai cobaan & menjauhkannya dari segala perbuatan dosa & hal-hal yg tdk terpuji, bahkan dpt mendorong orang tersebut utk giat bekerja & menjauhkan dirinya dari sikap lemah, takut & malas.

Shaleh Al Fauzan, صالح بن فوزان الفوزان, Penerjemah: Rahmat al-‘Arifin Muhammad bin Ma’ruf