Mozaik Islam

Menjaga Akidah Islam dan Menghargai Kebhinekaan demi Masyarakat yang Harmonis dan Sejahtera dalam Bingkai NKRI

Ziarah Kubur

  1. Disunnahkan ziarah kubur bagi laki-laki karena ziarah itu mengingatkan akhirat & kematian. Ziarah adl utk mengambil pelajaran, nasehat, mengucap salam & berdoa utk mereka, bukan utk meminta doa mereka, atau meminta berkah dgn mereka, atau dgn tanah kubur mereka. Semua itu tdk dibolehkan.
  2. Diharamkan kpd semua yg hidup meminta doa yg sudah mati, istighotsah dgn mereka, meminta mereka menunaikan hajat & menghilangkan kesusahan, berkeliling di atas kubur para nabi & orang-orang shalih & selain mereka, menyembelih di samping kubur mereka, & menjadikannya masjid. Semua itu termasuk perbuatan syirik yg Allah Subhanahu wa ta’ala mengancam pelakunya dgn neraka.Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, ‘Rasulullah  bersabda dalam sakitnya yg beliau tdk bangun lagi darinya, ‘Allah Subhanahu wa ta’ala mengutuk kaum Yahudi & Nasrani, mereka menjadikan kubur para nabi mereka sbg masjid.’ Ia (‘Aisyah) berkata, ‘Kalau bukan karena alasan itu niscaya kuburnya dinampakkan, selain dikhawatirkan dijadikan sbg masjid.’ Muttafaqun ‘alaih.
  3. Yang dibaca saat memasuki pemakaman & ziarah kubur:
    1. Kesejahteraan kpd penghuni negeri (alam kubur) dari golongan mukminin & muslimin, semoga Allah Subhanahu wa ta’ala memberi rahmat kpd yg terdahulu dari kami & yg (menyusul) kemudian, & kami –insya Allah- akan menyusul kamu.‘Hadis Riwayat: Muslim.
    2. Atau membaca: ‘Kesejahteraan atasmu, wahai penghuni negeri kaum mukminin, & sesungguhnya kami –insya Allah- akan menyusul denganmu.‘Hadis Riwayat: Muslim.
    3. Atau membaca: ‘Kesejahteraan atasmu, wahai penghuni negeri dari kaum mukminin & muslimin, & sesungguhnya kami –insya Allah- akan menyusul, aku memohon kpd Allah Subhanahu wa ta’ala afiyat utk kami & kamu.’ Hadis Riwayat: Muslim.

Hukum ziarah kubur bagi wanita

Ziarah kubur bagi wanita termasuk dosa besar, tdk boleh bagi wanita melaksanakan ziarah kubur. Akan tetapi apabila ia melewati pemakaman tanpa bermaksud ziarah kubur, maka disunnahkan ia memberi salam kpd penghuni kubur & berdoa utk mereka dgn apa yg diriwayatkan, tanpa memasukinya.

Keadaan-keadaan orang yg melakukan ziarah kubur

  1. Berdoa kpd Allah Subhanahu wa ta’ala utk yg mati & memohon ampunan utk mereka, mengambil nasehat dgn kondisi orang mati & mengingat akhirat, maka ini adl ziarah yg disyari’atkan.
  2. Berdoa kpd Allah Subhanahu wa ta’ala utk dirinya atau utk selain dirinya seraya meyakini bahwa berdoa di samping kubur lbh utama dari pd di masjid, maka ini adl bid’ah yg mungkar.
  3. Berdoa kpd Allah Subhanahu wa ta’ala sambil bertawassul dgn jaah atau haqq fulan, seperti ia berkata, ‘Aku memohon kepadamu ya Rabb dgn Jaah fulan.’ Ini diharamkan, karena ia adl sarana menuju syirik.
  4. Tidak berdoa kpd Allah Subhanahu wa ta’ala , tetapi berdoa kpd penghuni kubur, seperti ia berkata, ‘Wahai Nabi Allah, atau wahai waliyullah, atau wahai fulan berilah kepadaku seperti ini, atau sembuhkanlah aku & semisal yg demikian itu, maka ini termasuk syirik besar.

Mayit mengetahui kondisi keluarga & sahabat-sahabatnya di dunia & hal itu diperlihatkan kepadanya, & ia merasa senang dgn sesuatu yg baik & merasa sakit dgn sesuatu yg buruk. Dan mayit mengetahui orang yg ziarah kepadanya, mendengar ucapannya, salamnya, doanya & tdk merasa asing dengannya.

Boleh ziarah kubur orang yg mati di luar Islam hanya utk mengambil pelajaran, tdk boleh berdoa untuknya, tdk boleh memintakan ampun untuknya, bahkan ia mengabarkannya dgn nereka.

Pemakaman adl tempat mengambil nasehat & pelajaran, tdk boleh dilakukan penghijauan, pengubinan, penerangan, & apapun juga yg termasuk keindahan.

Yang mengikuti jenazah setelah kematiannya:

Dari Anas , ia berkata, ‘Rasulullah  bersabda, ‘Yang mengikuti jenazah ada tiga, maka kembali yg 2 & yg satu tetap bersamanya. Yang mengiringinya adl keluarganya, hartanya, & amalnya. lalu kembali keluarga & hartanya & tinggallah amalnya.‘ Muttafaqun alaih.

Melakukan ibadah dari seorang muslim utk muslim yg lain yg masih hidup atau sudah meninggal dunia hukumnya tdk boleh selain dalam batas-batas yg terdapat dalam syara’, seperti berdoa untuknya, memintakan ampunan untuknya, melaksanakan haji & umrah sbg badal darinya, bersedekah untuknya, & puasa wajib utk orang yg sudah meninggal & ia punya tanggungan puasa wajib seperti nazar. Adapun menyewa sekelompok orang yg membaca al-Qur`an & menghadiahkan pahalanya utk mayit, maka ia termasuk perbuatan bid’ah yg baru.

By: Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijry